psikologi sains

wacana saling bertukar pikiran dan berbagi ilmu

Wednesday, January 25, 2012

KEPRIBADIAN BERDASARKAN WARNA Oleh : Taylor Hartman, Phd.



Hartman membagi karakter manusia berdasarkan motifnya. Motif inilah yang yang membedakan orang satu dengan lainnya. Hartman membaginya menjadi empat motif utama, yaitu : kekuasaan, keintiman, kesenangan, dan kedamaian. Dalam bukunya yang berjudul The Color Code, motif kekuasaan dilambangkan dengan warna merah, keintiman dengan biru, kedamaian dengan putih, dan kesenangan dengan warna kuning. Saya sendiri setelah mengikuti tes kepribadian hartman ternyata berwarna biru. Artinya motif dasar perilaku saya adalah keintiman. Mau coba ikut tes kepribadian Hartman ? Gratis kok, silahkan kunjungi www.colorcode.com dan pilih Personality Test. (Silahkan gunakan Google Translate untuk menerjemahkan test tersebut dalam bahasa indonesia)

MERAH   si pengguna kekuasaan, tipe kepribadian ini sangat berkomitmen pada tujuan, gigih, dan seringkali sukses. Si Merah mencari aksi dan hasil. Mereka haus akan produktivitas. Singkatnya, karakter jenis ini membuat segala sesuatu terselesaikan. Kepribadian merah selalu memandang ke depan (visionaris gitu loh) sehingga cocok menjadi pemimpin. Selain itu, merah cenderung tidak sensitif alias berhati dingin, dalam hati mereka marah tetapi tetap tampil luar biasa tenang.

BIRU   si pelaku kebajikan, kepribadian diri yang satu ini mewakili sifat-sifat baik yang kita junjung tinggi, seperti kejujuran, empati, pengorbanan diri, kesetiaan, ketulusan, dan disiplin diri. Si biru ini sepertinya dikaruniai sifat-sifat ini secara alamiah. Mereka menghargai kreativitas, komitmen dalam hubungan, dan prestasi dengan disiplin. Mereka sangat komit, luar biasa setia, dan anggota masyarakat yang sopan. Mereka berpendirian sangat teguh dan pesaing tangguh untuk dihadapi kepribadian mana pun, karena pada intinya mereka mendasarkan semua pendapat pada emosi dan prisip moral. Kepribadian manusia yang berwarna biru ini seperti pedang bermata dua secara emosional. Dalam sisi poitif, mereka pemberi dan simpatik. Di sisi negatif, mereka dapat sulit memaafkan dan sangat sensitif. Ciri yang paling menojol dari kepribadian ini adalah depresi. Biru adalah gudang depresi.

PUTIH     si penjaga kedamaian, karakter orang berwarna putih ini sangat rajin mencari cara-cara untuk mendorong kerjasama, berapapun harganya. Mereka menghargai sifat kerjasama umat manusia dan terus berusaha mencapai kehidupan bersama yang damai di antara semua makhluk hidup. Si Putih ini seringkali tidak berdaya, mengundang orang untuk menolong dan melindungi mereka dalam hidup. Mereka mungkin terngantung pada orang lain untuk membuat hidup mereka terjadi. Putih adalah orang-orang yang puas, mereka seperti air yang melewati dan mengelilingi kesulitan-kesulitan hidup, bukannya menuntut agar rintangan di depan mereka dipindahkan. Mereka benar-benar pribadi yang bisa memandang semua masalah dengan baik.

KUNING    si pencinta kesenangan, karakter orang berwarna kuning ini sangat mencintai kehidupan. Mereka memeiliki sifat mental yang memungkinkan mereka menghargai apa yang mereka miliki. Mereka seringkali sangat terfokus pada diri sendiri (bahasa halusnya egois). Kepribadian kuning yang riang gembira membuatnya mudah bergaul dengan semua orang dan mencerahkan kehidupan mereka. Seringkali mereka adalah orang yang populer dan karismatis. Dibalik sifatnya yang periang tersebut, karakter orang berwarna kuning ini ternyata individu yang ceroboh dan berantakan. Yang membuatnya tampak parah adalah sifat angin-anginanya, kadang iya dan kadang tidak tergantung ke mana angin bertiup....

PERKEMBANGAN KARAKTER
Nah, sekarang pertanyaanya adalah, kepribadian mana yang paling baik, karakter mana yang paling jelek ? Di sini kita mesti menambahkan kata-kata dewasa dalam kamus kita. Meskipun orang dilahirkan dengan segala kemampuan dan keunggulan karakter, tetapi jika sifat dan perilakunya seperti anak umur lima tahun, bisakah ini dinamakan baik ? Demikian sebaliknya, orang tanpa keunggulan karakter tetapi mampu berperilaku dengan bijaksana, bisakah dikatakan jelek ? Saya suka sekali dengan iklan salah satu media massa. Tulisannya begini, “Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa ? Belum Tentu!” 

No comments: