Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi beberapa aspek antara lain, terdapat
komponen genetik terhadap kecemasan, scan otak dapat melihat perbedaan terutama
pada pasien kecemasan yang respons dengan signal berbahaya, sistem pemrosesan
informasi dalam seseorang berjalan dengan singkat (hal ini dapat direspons
dengan suatu ancaman sebelum yang bersangkutan menyadari ancaman tersebut),
akar dari gangguan kecemasan mungkin tidak akan menjadi pemisahan mekanisme yang
menyertainya namun terjadi pemisahan mekanisme yang mengendalikan respons
kecemasan dan yang menyebabkan situasi diluar kontrol (Sani, 2012).
Proses
terjadinya kecemasan Perasaan tidak nyaman atau terancam pada ansietas diawali
dengan adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi
a.
Faktor Predisposisi
Faktor
predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stress (Stuart & Laraia,
2005;Agustarika,2009). Berbagai teori dikembangkan mengenai factor predisposisi
terjadinya ansietas :
1). Biologi (Fisik)
Penelitian terkini berfokus pada
penyebab biologis terjadinya ansietas yang berlawanan dengan penyebab
psikologis. (Sullivan & Coplan, 2000; Agustarika, 2009). Beberapa individu
yang mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku sosial dan
perasaan menyangkal terhadap kenyataan hidup dapat menyebabkan ansietas tingkat
berat bahkan ke arah panik. Salah satu faktor penyebab secara fisik yaitu
adanya gangguan atau ketidak-seimbangan
pada fisik seseorang.
a). Gangguan fisik
Gangguan fisik
yang dapat menyebabkan ansietas adalah antara lain gangguan otak dan saraf (neurologis) seperti cedera kepala, infeksi
otak, dan gangguan telinga dalam, gangguan
jantung, seperti kelumpuhan jantung dan irama jantung yang abnormal
(aritma), gangguan hormonal (Endrokrin) seperti kelenjar andrenal atau
thyroid terlalu aktif, , gangguan
paru-paru (pernafasan) berupa asma,
paru-paru obstruktif kronis atau COPD (Medicastore, 2011).
b).
Mekanisme terjadinya kecemasan akibat gangguan fisik
Pengaturan ansietas berhubungan dengan
aktivitas dari neurotransmmiter Gamma Aminobutyric Acid (GABA), yang
mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi untuk pengeluaran
ansietas. Mekansime kerja terjadinya ansietas diawali dengan penghambatan neurotransmmiter
di otak oleh GABA. Ketika bersilangan di sinaps dan mencapai atau mengikat
ke reseptor GABA di membran postsinaps, maka saluran reseptor terbuka, diikuti
oleh pertukaran ion-ion. Akibatnya terjadi penghambatan atau reduksi sel yang
dirangsang dan kemudian sel beraktifitas dengan lamban (Stuart &
Laraia,2005; Agustarika,2009). Mekanisme biologis ini menunjukkan bahwa
ansietas terjadi karena adanya masalah terhadap efisiensi proses
neurotransmmiter. Neurotransmiter sendiri adalah utusan kimia khusus yang
membantu informasi bergerak dari sel saraf ke sel saraf. Jika neurotransmitter
keluar dari keseimbangan, pesan tidak bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara otak bereaksi dalam situasi
tertentu, yang menyebabkan kecemasan. (Medicinet, 2011)
2). Psikologis
Pendapat yang
dikemukan oleh Taylor (ed Leonard,2010) Kecemasan merupakan pengalaman
subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai bentuk reaksi
umum dan ketidak-mampuan menghadapi masalah atau munculnya rasa tidak aman pada
individu. Izzudin (2006) Kecemasan muncul dikarenakan adanya ketakutan atas
sesuatu yang mengancam pada seseorang, dan tidak ada kemampuan untuk mengetahui
penyebab dari kecemasan tersebut. Freud (dalam Arndt,
1974; Trismiati, 2004) mengemukakan bahwa lemahnya ego akan menyebabkan
ancaman yang memicu munculnya kecemasan. Freud berpendapat bahwa sumber ancaman
terhadap ego tersebut berasal dari dorongan yang bersifat insting dari id
dan tuntutan-tuntutan dari superego. Freud juga mengatakan jika
pikiran menguasai tubuh maka ini berarti bahwa ego yang menguasai pikiran dan
pikiran berkuasa secara mutlak (Mc.Quade and Aikman,1987).
Freud (Hall dan Lindzay, 1995 ;
Trismiati, 2004) menyatakan bahwa ego disebut sebagai eksekutif
kepribadian, karena ego mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih
segi-segi lingkungan kemana ia akan memberikan respon, dan memutuskan
insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya. Dalam
melaksanakan fungsi-fungsi eksekutif ini, ego harus berusaha
mengintegrasikan tuntutan id, superego, dan dunia luar yang sering
bertentangan. Hal ini sering menimbulkan tegangan berat pada ego dan
menyebabkan timbulnya kecemasan. Freud membagi teori kecemasan menjadi 3 yaitu
a) ID/Impulse
anxiety : perasaan tidak nyaman pada anak
b) Saparation
anxiety : pada anak yang merasa takut akan kehilangan kasih saying orangtuanya
c) Cstration
anxiety : merupakan fantasi kastrasi pada masa kanak-kanak yang berhubungan
dengan pembentukan impuls seksual
d) Super
Ego anxiety : pada fase ahkir pembentukan super ego yaitu pre pubertas
(Sani,2012).
3).
Sosial Budaya
Cara
hidup orang di masyarakat juga sangat mempengaruhi pada timbulnya ansietas
(Tarwoto & Wartonah, 2003; Agustarika, 2009). Individu yang mempunyai cara
hidup sangat teratur dan mempunyai. falsafah hidup yang jelas maka pada umumnya
lebih sukar mengalami ansietas. Budaya seseorang juga dapat menjadi pemicu
terjadinya ansietas. Hasil survey yang dilakukan oleh Mudjadid,dkk tahun 2006
di lima wilayah pada masyarakat DKI Jakartadidapatkan data bahwa tingginya
angka ansietas disebabkan oleh perubahan gaya hidup serta kultur dan budaya
yang mengikuti perkembangan kota (dalam Agustarika, 2009). Namun demikian,
factor predisposisi di atas tidaklah cukup kuat menyebabkan sesorang mengalami
ansietas apabila tidak disertai factor presipitasi (pencetus).
b.
Faktor presipitasi
Stresor
presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,
ancaman atau tuntutan yang membutuhkan energi ekstra untuk koping. Faktor presipitasi
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yakni :
1).
Biologi (fisik)
Salah
satu penyebab biologis yang dapat menimbulkan ansietas yaitu gangguan fisik
(Fracchione, 2004; Agustarika, 2009). Kecemasan yang sudah mempengaruhi atau
terwujud pada gejala-gejala fisik, dapat mempengaruhi system syaraf , misalnya
tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya
(Bucklew, 1980).
Gangguan
fisik dapat mengancam integritas diri seseorang. Ancaman tersebut berupa
ancaman eksternal dan internal. Ancaman eksternal yaitu masuknya kuman, virus,
polusi lingkungan, rumah yang tidak memadai, makanan, pakaian, atau trauma
injuri. Sedangkan ancaman internal yaitu kegagalan mekanisme fisiologis tubuh
seperti jantung, sistem kekebalan, pengaturan suhu, kehamilan (Stuart & Laraia,
2005; Agistarika, 2009), dan kondisi patologis yang berkaitan dengan mentruasi
(chandranita, 2009)
2). Psikologis
Penanganan
terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan ketidak-mampuan psikologis atau
penurunan terhadap aktivitas sehari-hari seseorang (Stuart & Laraia, 2005;
Agustarika, 2009). Demikian pula apabila penanganan tersebut menyangkut
identitas diri, dan harga diri seseorang, dapat mengakibatkan anacaman terhadap
self system.
Ancaman
tersebut berupa ancaman eksternal, yaitu kehilangan orang yang berarti, seperti
: meninggal, perceraian, dilemma etik, pindah kerja, perubahan dalam status
kerja; dapat pula berupa ancaman internal seperti: gangguan hubungan
interpersonal di rumah, disekolah atau ketika dalam lingkungan bermainnya.
Kecemasan seringkali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
2 comments:
boleh minta daftar pustaka ini pak????
makasi sangat membantu
Post a Comment