psikologi sains

wacana saling bertukar pikiran dan berbagi ilmu

Monday, February 6, 2012

Mengatasi Kecemasan Menstruasi Dengan Meditasi


Walaupun meditasi sekarang ini mulai kehilangan ciri-ciri keagamaan dan kebudayaan timurnya akan tetapi manfaatnya dalam terapi psikologis sangat besar. Weil mengatakan pengalaman batin yang irasional adalah penyebab penyakit kejiwaan (Mc.Quade& Aikman,1987) Weil juga mengatakan banyak orang yang sudah tidak tertarik menggunakan obat-obatan walaupun dalam mengubah kesadaran seseorang tanpa harus latihan ataupun usaha. Karena dalam meditasi dianggap membuat orang belajar menjadi sadar akan konflik-konflik elemental pada dirinya dan selain itu pengobatan yang dilakukan ini terhitung lebih murah (Mc.Quade&Aikman,1987).

Sebuah studi kasus melaporkan bahwa relaksasi yang dilakukan secara efektif selama 6 minggu dapat menurunkan ketakutan (Yates, 2009). Selain itu dalam penelitian yang lain yang dilakukan  Davis, Eshelman dan Mckay (Satiadarma,1998) mengemukakan meditasi berhasil mencegah tekanan darah tinggi, gangguan jantung, sakit kepala, diabetes artritis, kecemasan, depresi, serta perasaan bermusuhan (hostility). Penelitian juga menyebutkan bahwa relaksasi adalah dasar dari setiap program untuk mengatasi kecemasan, ketakutan atau panic (Bourne,2000;Mirow,2008) gangguan lain yang diakibatkan stress (Meadow,2006).
Dengan berpijakan pada konsep dasar meditasi, yaitu mencoba melawankan efek otonomis pada meditasi dengan kriteria gangguan kecemasan diharapkan ada counter counditing dan penghilangan. Sebagaimana diketahui bahwa kecemasan adalah ketidak-mampuan individu dalam mengendalikan emosi dan perasan antara ketakutan dan kekhawatiran yang kuat serta meluap-luap dan kegelisahan yang irasional. Freud (2002) juga berpendapat bahwa kecemasan merupakan pengalaman subyektif individu mengenai ketegangan-ketegangan, kesulitan-kesulitan dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau ancaman.
Gejala umum dari kecemasan yaitu kegelisahan, kelelahan berpikir, kesulitan berkosentrasi, mudah tersinggung, tegang,mual, atau gangguan tidur. Gangguan kecemasan juga sering melibatkan gejala somatic antara lain keluar keringat dingin, sulit bernafas, ganguan lambung, berdebar-debar, tekanan darah meninggi dan gemetar, sesak nafas, nyeri di dada, merasa pusing, pingsan, ketegangan otot, buang air besar, getaran anggota tubuh dan aktivitas berlebihan dari system otonomik (Ramaiah,2006). Sehingga dapat diklasifikasikan gangguan kecemasan memunculkan gejala meliputi Gangguan Somatic (tremor, pana-dingin, kejang, berkeringat, palpitasi, nausea/nek, diare, mulut kering, libido yang menurun, sesak nafas dan kesukaran menelan), Gangguan Kognitif (kesukaran kosentrasi, kebingungan, kekuatan akan lepas kendali atau akan menjadi gila, kewaspadaan yang berlebihan serta pikiran akan malapetaka yang besar), Gangguan Perilaku (Ekspresi ketakutan, iritabilitas, imobilitas, hipertensi, dan penarikan diri dari masyarakat), Gangguan Persepsi (depersonalisasi dan derealisasi) (Sani,2012)
Sementara itu beberapa factor yang mempengaruhi kecemasan dan kekuatiran pada masa remaja diantaranya adalah bangkitnya kecenderungan-kecenderungan dan pikiran-pikiran terhadap lawan jenis, guncangan yang hebat, perasaan kebingungan terhadap kewanitaan (Samadi,1959) dan factor biologis yang juga sangat bermain peran dalam masa remaja (Stainberg,2002). Dan masalah-masalah menstruasi merupakan factor biologis yang sangat penting dalam masa pertumbuhan remaja dan perkembangan sex sekundernya (Chandranita, 2009).
Gejala jelas yang tampak saat menstruasi remaja cenderung lebih emosional, mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur, sakit kepala, perut kembung, dan bahkan saat mengalami gangguan yang berat remaja dapat  mengalami rasa depresi, rasa takut (cemas) dan gangguan dalam berkosentrasi (Candranita,2009). Hingga umur 15 tahun para remaja masih merasakan kecemasan yang menyebabkan kelabilan dan kekacuan pribadi mereka, karena hal-hal terkecilpun mereka mudah tertawa, kemudian marah, lalu putus asa kemudian kembali kondisi sebelumnya. Kelabilan ini terjadi beberapa hari sebelum tibanya masa menstruasi dalam bentuk cemas, sensitif dan hal-hal semacamnya (Samadi,1959). Mayoritas remaja beberapa hari sebelum tibanya masa menstruasi, merasakan luapan dan rangsangan serta memiliki perasaan yang tidak menentu, khususnya saat menstruasi yang pertama kali atau 1-2 tahun pertama munculnya siklus mentruasi (menarche) (Samadi,1959).
Pada gejala-gejala yang muncul pada siklus menstruasi remaja baik fisik maupun psikis dapat diatasi dengan kondisi tubuh yang rileks atau istirahat (Samadi,1958). Kondisi rileks sendiri memberikan pengaruh yang besar pada masing-masing organ tubuh seseorang (O’connor,2009) seperti yang di ungkapkan oleh Benson (2000) relaksasi dan keyakinan diri mampu menghilangkan sakit kepala, memperlacar tekanan darah, mengatasi kesusahan tidur, mengurangi sakit punggung, mengendalikan panik, mengurangi gejala kecemasan termasuk mual, muntah, diare, sembelit, cepat marah dan ketidak mampuan bergaul dengan orang lain, mengurangi stres secara keseluruhan dan meraih kedamian diri dan kesimbangan. Teasdall dkk (2000) melaporkan dalam penelitiannya yang dilakukan selama 60 minggu dengan subyek penelitian 45 orang diketahui bahwa terapi meditasi mindfulness (MBCT) mampu memberikan sumbangan penurunan tingkat depresi sebesar 75%.
Terutama dalam hal kecemasan membuka pemahaman dan kesadaran tentang menstruasi tersebut melalui meditasi jauh lebih tepat dalam mengatasi kecemasan yang diakibatkannya, meditasi mampu emosi makin terkontrol dan tidak  reaktif terhadap rangsangan luar  (Sudrijanta, 2011). Karena pengobatan melalui obat-obatan menyangkut kecemasan hanya bersifat sementara (O’connor, 2005). Dalam menyelesaikan rasa cemas yang ada pada diri seseorang yaitu dengan cara memperdalam pembahasan, mendekat sessuatu dengan kesadaran mereka atau memberikan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan rasa cemasnya agar pemikiran ini menjadi fakta yang terindera dalam dirinya sehingga rasa cemas tersebut dapat hilang secara gradual (Muhammad,1958). Meditasi sendiri mampu membuka kesadaran seseorang berkaitan dengan meredam konflik emosinya karena meditasi mampu mengembangkan ortbitofrontal cortex, yakni bagian otak yang menghasilkan perasaan-perasaan baik dan mengontrol perasaan negatif dan menurunkan pesan-pesan takut dari amygdala (O’connor,2009). Pada program pelatihan yang dilakukan oleh Jon Kabat-Zinn meditasi mampu mereduksi ketakutan, kekwatiran, kecemasan dan kepanikan seseorang (Brantley, 2003). Penelitian khusus yang berkaitan cara mengatasi pre-mestrualsyndrom ternyata diketahui bahwa meditasi efektif sebagai salah satu alternatif (Sanders, 2010)
Pada masa menstruasi para ahli psikologi melaporkan bahwa perempuan pada apremenstual Syndrome mengalami tensi darah yang tinggi, depresi, irribility yang akan menghilang saat menstruasi berahkir (Dalton,1964;Frank,1931;O,connor,2009) dan riset lain juga disebutkan wanita lebih cemas, rasa permusuhannya, dan depresi selama mengalami proses menstruasi dibandingkan pada hari-hari biasanya  (e.g Golub,1976;Paige,1971;O’connor,2009).
Pendapat lain juga menyebutkan keluhan-keluhan yang muncul menyertai menstruasi adalah keputihan, perasaan nyeri, atau panas (terutama sekitar perut bawah dan kemaluan), ketidak-stabilan emosi, lemas, tidak bergairah, penambahan atau penurunan nafsu makan dan lain-lain (Hendrik,2006). Berkaitan dengan masalah keluhan fisik yang berdampak pada kecemasan yang seringkali dialami remaja saat masa menstruasi seperti rasa nyeri sebenarnya dapat diatasi dengan pendekatan relaksasi yakni dengan memberikan sugesti bahwa dirinya sendirilah yang mengendalikan rasa nyerinya (Tomb,2003). Sementara Mckay (1994) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan dari ketegangan mental yang sering di ikuti semacam gejala fisik seperti jantung berdetak lebih cepat, bernafas dengan dangkal dan ketegangan otot dapat dikelola dengan relaksasi.
Teknik meditasi dapat juga dijadikan sebagai salah satu mengatasi kecemasan selain menggunakan obat-obatan, Weill mengatakan kelaparan akan pengalaman batin yang irasional, adalah penyebab utama adanya peningkatan pemakaian obat-obatan (termasuk alkohol) dan Meditasi mampu menggantikannya (Mc.Quade,1987) karena teknik ini mampu menenangkan dan mensegarkan pikiran dalam menghadapi permasalahan stress dalam kehidupan sehari-hari (Bose,2010).
Effendi (2006) mengatakan bahwa meditasi dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung manfaatnya, meliputi fisik dan psikis. Dari segi fisik antara lain : meningkatkan daya tahan tubuh, menghilangkan sakit kepala, menghilangkan sakit perut, mengurangi atau menyembuhkan sesak nafas, menstabilkan tekanan darah, mengatasi insomnia, menetralisir kolesterol, mengurangi dan menyembuhkan sakit pinggang, mengurangi rasa sakit dan sebagainya sedangkan dari segi psikis manfaat yang diperoleh dari meditasi antara lain: memberikan ketenangan batin, menghilangkan stress, meningkatkan rasa percaya diri/mengatasi malu, pengendalian emosi, menghilangkan kecemasan, menghilangkan ketakutan/phobia, menjadi lebih santun, menjadi lebih mudah memaafkan, dan sebagainya.

No comments: