Walaupun meditasi sekarang ini mulai
kehilangan ciri-ciri keagamaan dan kebudayaan timurnya akan tetapi manfaatnya
dalam terapi psikologis sangat besar. Weil mengatakan pengalaman batin yang
irasional adalah penyebab penyakit kejiwaan (Mc.Quade& Aikman,1987) Weil
juga mengatakan banyak orang yang sudah tidak tertarik menggunakan obat-obatan
walaupun dalam mengubah kesadaran seseorang tanpa harus latihan ataupun usaha.
Karena dalam meditasi dianggap membuat orang belajar menjadi sadar akan
konflik-konflik elemental pada dirinya dan selain itu pengobatan yang dilakukan
ini terhitung lebih murah (Mc.Quade&Aikman,1987).
Sebuah studi kasus melaporkan bahwa
relaksasi yang dilakukan secara efektif selama 6 minggu dapat menurunkan
ketakutan (Yates, 2009). Selain itu dalam penelitian yang lain yang
dilakukan Davis, Eshelman dan Mckay
(Satiadarma,1998) mengemukakan meditasi berhasil mencegah tekanan darah tinggi,
gangguan jantung, sakit kepala, diabetes artritis, kecemasan, depresi, serta
perasaan bermusuhan (hostility). Penelitian juga menyebutkan bahwa relaksasi
adalah dasar dari setiap program untuk mengatasi kecemasan, ketakutan atau
panic (Bourne,2000;Mirow,2008) gangguan lain yang diakibatkan stress (Meadow,2006).
Dengan berpijakan pada konsep dasar
meditasi, yaitu mencoba melawankan efek otonomis pada meditasi dengan kriteria
gangguan kecemasan diharapkan ada counter counditing dan penghilangan.
Sebagaimana diketahui bahwa kecemasan adalah ketidak-mampuan individu dalam
mengendalikan emosi dan perasan antara ketakutan dan kekhawatiran yang kuat
serta meluap-luap dan kegelisahan yang irasional. Freud (2002) juga berpendapat
bahwa kecemasan merupakan pengalaman subyektif individu mengenai
ketegangan-ketegangan, kesulitan-kesulitan dan tekanan yang menyertai suatu konflik
atau ancaman.
Gejala umum dari kecemasan yaitu
kegelisahan, kelelahan berpikir, kesulitan berkosentrasi, mudah tersinggung,
tegang,mual, atau gangguan tidur. Gangguan kecemasan juga sering melibatkan
gejala somatic antara lain keluar keringat dingin, sulit bernafas, ganguan
lambung, berdebar-debar, tekanan darah meninggi dan gemetar, sesak nafas, nyeri
di dada, merasa pusing, pingsan, ketegangan otot, buang air besar, getaran
anggota tubuh dan aktivitas berlebihan dari system otonomik (Ramaiah,2006).
Sehingga dapat diklasifikasikan gangguan kecemasan memunculkan gejala meliputi
Gangguan Somatic (tremor,
pana-dingin, kejang, berkeringat, palpitasi, nausea/nek, diare, mulut kering,
libido yang menurun, sesak nafas dan kesukaran menelan), Gangguan Kognitif
(kesukaran kosentrasi, kebingungan, kekuatan akan lepas kendali atau akan
menjadi gila, kewaspadaan yang berlebihan serta pikiran akan malapetaka yang
besar), Gangguan Perilaku (Ekspresi ketakutan, iritabilitas, imobilitas,
hipertensi, dan penarikan diri dari masyarakat), Gangguan Persepsi
(depersonalisasi dan derealisasi) (Sani,2012)
Sementara itu beberapa factor yang
mempengaruhi kecemasan dan kekuatiran pada masa remaja diantaranya adalah
bangkitnya kecenderungan-kecenderungan dan pikiran-pikiran terhadap lawan
jenis, guncangan yang hebat, perasaan kebingungan terhadap kewanitaan (Samadi,1959)
dan factor biologis yang juga sangat bermain peran dalam masa remaja (Stainberg,2002). Dan masalah-masalah
menstruasi merupakan factor biologis yang sangat penting dalam masa pertumbuhan
remaja dan perkembangan sex sekundernya (Chandranita, 2009).
Gejala jelas yang tampak saat menstruasi
remaja cenderung lebih emosional, mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur,
sakit kepala, perut kembung, dan bahkan saat mengalami gangguan yang berat
remaja dapat mengalami rasa depresi,
rasa takut (cemas) dan gangguan dalam berkosentrasi (Candranita,2009). Hingga
umur 15 tahun para remaja masih merasakan kecemasan yang menyebabkan kelabilan
dan kekacuan pribadi mereka, karena hal-hal terkecilpun mereka mudah tertawa,
kemudian marah, lalu putus asa kemudian kembali kondisi sebelumnya. Kelabilan
ini terjadi beberapa hari sebelum tibanya masa menstruasi dalam bentuk cemas,
sensitif dan hal-hal semacamnya (Samadi,1959). Mayoritas remaja beberapa hari
sebelum tibanya masa menstruasi, merasakan luapan dan rangsangan serta memiliki
perasaan yang tidak menentu, khususnya saat menstruasi yang pertama kali atau
1-2 tahun pertama munculnya siklus mentruasi (menarche) (Samadi,1959).
Pada gejala-gejala yang muncul pada
siklus menstruasi remaja baik fisik maupun psikis dapat diatasi dengan kondisi
tubuh yang rileks atau istirahat (Samadi,1958). Kondisi rileks sendiri
memberikan pengaruh yang besar pada masing-masing organ tubuh seseorang (O’connor,2009)
seperti yang di ungkapkan oleh Benson (2000) relaksasi dan keyakinan diri mampu
menghilangkan sakit kepala, memperlacar tekanan darah, mengatasi kesusahan
tidur, mengurangi sakit punggung, mengendalikan panik, mengurangi gejala
kecemasan termasuk mual, muntah, diare, sembelit, cepat marah dan ketidak
mampuan bergaul dengan orang lain, mengurangi stres secara keseluruhan dan
meraih kedamian diri dan kesimbangan. Teasdall dkk (2000) melaporkan dalam
penelitiannya yang dilakukan selama 60 minggu dengan subyek penelitian 45 orang
diketahui bahwa terapi meditasi mindfulness (MBCT) mampu memberikan sumbangan
penurunan tingkat depresi sebesar 75%.
Terutama dalam hal kecemasan membuka
pemahaman dan kesadaran tentang menstruasi tersebut melalui meditasi jauh lebih
tepat dalam mengatasi kecemasan yang diakibatkannya, meditasi mampu emosi makin
terkontrol dan tidak reaktif terhadap
rangsangan luar (Sudrijanta, 2011). Karena
pengobatan melalui obat-obatan menyangkut kecemasan hanya bersifat sementara (O’connor,
2005). Dalam menyelesaikan rasa cemas yang ada pada diri seseorang yaitu dengan
cara memperdalam pembahasan, mendekat sessuatu dengan kesadaran mereka atau
memberikan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan rasa cemasnya agar
pemikiran ini menjadi fakta yang terindera dalam dirinya sehingga rasa cemas
tersebut dapat hilang secara gradual (Muhammad,1958). Meditasi sendiri mampu
membuka kesadaran seseorang berkaitan dengan meredam konflik emosinya karena
meditasi mampu mengembangkan ortbitofrontal cortex, yakni bagian otak yang
menghasilkan perasaan-perasaan baik dan mengontrol perasaan negatif dan
menurunkan pesan-pesan takut dari amygdala
(O’connor,2009). Pada program pelatihan yang dilakukan oleh Jon Kabat-Zinn
meditasi mampu mereduksi ketakutan, kekwatiran, kecemasan dan kepanikan
seseorang (Brantley, 2003). Penelitian khusus yang berkaitan cara mengatasi
pre-mestrualsyndrom ternyata diketahui bahwa meditasi efektif sebagai salah
satu alternatif (Sanders, 2010)
Pada masa menstruasi para ahli psikologi
melaporkan bahwa perempuan pada apremenstual Syndrome mengalami tensi darah
yang tinggi, depresi, irribility yang akan menghilang saat menstruasi berahkir
(Dalton,1964;Frank,1931;O,connor,2009) dan riset lain juga disebutkan wanita
lebih cemas, rasa permusuhannya, dan depresi selama mengalami proses menstruasi
dibandingkan pada hari-hari biasanya (e.g Golub,1976;Paige,1971;O’connor,2009).
Pendapat lain juga menyebutkan
keluhan-keluhan yang muncul menyertai menstruasi adalah keputihan, perasaan nyeri,
atau panas (terutama sekitar perut bawah dan kemaluan), ketidak-stabilan emosi,
lemas, tidak bergairah, penambahan atau penurunan nafsu makan dan lain-lain (Hendrik,2006).
Berkaitan dengan masalah keluhan fisik yang berdampak pada kecemasan yang seringkali
dialami remaja saat masa menstruasi seperti rasa nyeri sebenarnya dapat diatasi
dengan pendekatan relaksasi yakni dengan memberikan sugesti bahwa dirinya
sendirilah yang mengendalikan rasa nyerinya (Tomb,2003). Sementara Mckay (1994)
mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan dari
ketegangan mental yang sering di ikuti semacam gejala fisik seperti jantung
berdetak lebih cepat, bernafas dengan dangkal dan ketegangan otot dapat
dikelola dengan relaksasi.
Teknik meditasi dapat juga dijadikan
sebagai salah satu mengatasi kecemasan selain menggunakan obat-obatan, Weill mengatakan
kelaparan akan pengalaman batin yang irasional, adalah penyebab utama adanya
peningkatan pemakaian obat-obatan (termasuk alkohol) dan Meditasi mampu
menggantikannya (Mc.Quade,1987) karena teknik ini mampu menenangkan dan
mensegarkan pikiran dalam menghadapi permasalahan stress dalam kehidupan
sehari-hari (Bose,2010).
Effendi (2006) mengatakan bahwa meditasi
dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung manfaatnya, meliputi
fisik dan psikis. Dari segi fisik antara lain : meningkatkan daya tahan tubuh,
menghilangkan sakit kepala, menghilangkan sakit perut, mengurangi atau
menyembuhkan sesak nafas, menstabilkan tekanan darah, mengatasi insomnia,
menetralisir kolesterol, mengurangi dan menyembuhkan sakit pinggang, mengurangi
rasa sakit dan sebagainya sedangkan dari segi psikis manfaat yang diperoleh dari
meditasi antara lain: memberikan ketenangan batin, menghilangkan stress, meningkatkan
rasa percaya diri/mengatasi malu, pengendalian emosi, menghilangkan kecemasan,
menghilangkan ketakutan/phobia, menjadi lebih santun, menjadi lebih mudah
memaafkan, dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment