psikologi sains

wacana saling bertukar pikiran dan berbagi ilmu

Tuesday, December 6, 2011

Strategi Belajar

Pada hakekatnya, belajar lebih dari sekedar mengingat tetapi merupakan kegiatan yang lebih komplek dari itu. Karena bagi siswa, untuk benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus bekerja untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan atau menjejalkan sejumlah informasi ke benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa. (Nur, 2000).
Menurut Arend ( 1997) strategi belajar menunjuk pada tingkah laku dan proses berpikir yang digunakan siswa yang mempengaruhi apa yang akan dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif. Karena sangatlah penting untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi belajar.

Tujuan utama pengajaran strategi belajar adalah mengajarkan pada siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri.
Pebelajar mandiri (self-regulated learner) mengacu pada pebelajar yang dapat melakukan empat hal penting yaitu:



1.Secara cermat mendiagnosis suatu situasi pembelajaran tertentu.
2.Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajar tertentu yang dihadapi.
3.Memonitor keefektifan strategi tersebut.
4.Cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah tersebut terselesaikan. (Arend, 1997)

Jenis-Jenis Strategi Belajar

Menurut Nur (2000) secara tradisional, siswa diminta untuk melakukan sejumlah besar tugas-tugas belajar di sekolah, seperti berlatih soal perkalian, menghafal suatu pidato, mengarang, dan mengumpulkan informasi perpustakaan. Meskipun penyelesaian tugas-tugas ini secara berhasil merupakan tujuan pembelajaran paling layak, satu hal yang lebih penting adalah menguasai dengan tuntas proses pembelajaran itu sendiri : mendiagnose situasi pembelajaran secara akurat, memilih suatu strategi belajar yang cocok, dan memonitor keefektifan strategi tersebut. Melalui uraian tersebut diharapkan guru dapat mengubah teori kognitif dan teori pemrosesan informasi menjadi strategi belajar yang khas.
Berikut ini diberikan pemerian rinci dari empat jenis utama strategi belajar, termasuk strategi mengulang, strategi elaborasi, strategi organisasi, dan strategi metakognitif, yaitu :

1.Strategi Mengulang

Agar terjadi pembelajaran, siswa harus menindaki informasi baru dan
menghubungkannya dengan informasi sebelumnya. Strategi mengulang ada 2 macam, (1) strategi mengulang sederhana yaitu sekedar mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang ingin kita hafal. (2) strategi mengulang komplek yaitu dengan cara menggaris bawah ide-ide utama (underlining) dan membuat catatan pinggir (marginal note).
Strategi mengulang membantu memindahkan pembelajaran dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang namun tidak membantu membuat bermakna informasi baru tersebut (Nur, 2000).

Menurut Thomas Devine dalam Omstein (1991) bahwa menggarisbawahi, pada umumnya, nampaknya menjadi kurang efektif pendekatannya, karena bersifat pasif. Siswa cenderung untuk menggaris-bawahi terlalu banyak, pemusatannya pada beberapa bit dari informasi (nama-nama dan data-data) dan tidak memberikan penyerapan dan pemrosesan informasi. Strategi menggarisbawahi (underlining) ini dipadukan dengan membuat catatan (note taking). Hal ini menghindari kecenderungan siswa untuk menggarisbawahi terlalu banyak.

2. Strategi Elaborasi

Elaborasi adalah proses menambahkan rincian sehingga informasi baru lebih bermakna dan membuat belajar lebih mudah. Strategi elaborasi yang sering digunakan adalah:

a. Pembuatan Catatan (note taking)

Pembuatan Catatan (note taking) membantu siswa dalam mempelajari informasi ini dengan secara singkat dan padat menyimpan informasi itu untuk ulangan dan dihafal kelak. Bila dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga membantu mengorganisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara efektif (Nur,2000).

Membuat catatan adalah strategi belajar yang penting yang dapat mempraktiskan pada semua siswa. Catatan merupakan dasar permulaan menulis atau berbicara. Pada semua kasus, siswa memerlukan pengajaran untuk mencatat informasi yang penting didalam kelasnya dan belajarnya.

Penelitian menunjukkan bahwa fungsi dan kegunaan dari membuat catatan adalah bermacam-macam. Beberapa data menunjukkan adanya korelasi positif antara membuat catatan dan keberhasilan siswa, sedangkan efek lain tidak ditemukan, dan tak sedikitpun menunjukkan korelasi negatif (0mstein,1990). Pembuatan catatan secara matrik dapat digunakan sebagai suatu cara pengelaborasian dan pembuatan perbandingan untuk informasi komplek

b. Analogi

Analogi adalah pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti jantung dengan pompa. Analogi dapat membantu siswa mempelajari informasi baru dengan menghubungkan informasi-informasi baru tersebut dengan konsep-konsep yang telah dipahami.

c. Metode PQ4R

Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. Kepanjangan PQ4R adalah preview, Question, Read, Reflect, Recite dan Review (Nur, 2000).

3. Strategi Organisasi

Strategi ini bertujuan membanta siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru yang meliputi :

a. Pembuatan Kerangka (Outlining)

Pembuatan kerangka menyajikan poin-poin utama dari suatu materi dalam format yang tersusun secara hirarkis. Dalam hal ini siswa belajar menghubungkan beragam topik atau ide-ide kepada suatu ide utama. Menurut Devine dalam Omsteins (1991) membuat kerangka penting untuk konsep-konsep dan kata-kata pada catatan tersendiri/terpisah.

b. Pemetaan (mapping)

Pemetaan disebut juga peta konsep yaitu merupakan pendiagraman ide-ide utama dan hubungan-hubungan antara ide-ide utama itu. Peta konsep menyatakan hubungan bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proporsi-proporsi. Setiap proporsi terdiri atas dua konsep yang dihubungkan dengan kata penghubung dan mengandung gagasan yang bermakna.
Menurut Novak dan Gowin dalan Sutowijoyo (2002), peta konsep merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berhubungan dan bermakna dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan gabungan dua konsep atau lebih yang dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Sedangkan concept map menurut Trochim adalah suatu proses yang dapat dipakai kelompok dalam menunaikan ide-ide pada beberapa topik yang menarik.

Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

a. Peta konsep atau pemetaan adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia, biologi atau matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

b. Suatu peta konsep merupakan gambaran dua dimensi dari suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.

c. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.

d. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tersebut.

Novak dan Gowin dalam Sutowijoyo (2002) menyatakan bahwa fungsi peta konsep dapat membuat jelas gagasan pokok bagi guru dan siswa yang sedang memusatkan perhatian pada tugas pelajaran yang spesifik. Peta konsep dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep di dalam permasalahannya. Peta konsep akhirnya dapat digunakan sebagai ringkasan skematik materi pelajaran yang berisi hubungan konsep-konsep. Peta konsep yang dibuat murid membantu guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa dan untuk memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri atau disiplin ilmunya.

4. Strategi Metakognitif.

Strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir siswa tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat. Kebanyakan para ahli sependapat bahwa metakognisi memiliki dua komponen : pengetahuan tentang kognisi, dan mekanisme pengendalian-diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif (Gagne 1993;Nur,2000)

Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri disamping pengetahuan tentang berbagai Strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu. Pemonitoran kognisi adalah kemampuan siswa untuk memilih, menggunakan, dan memonitor strategi-strategi belajar yang cocok dengan gaya belajar mereka sendiri maupun dengan situasi yang sedang dihadapi (Nur, 2000).


H. Mengajarkan Strategi-Strategi Belajar

Kecuali siswa yang memiliki keterampilan kognitif dan metakognitif, upaya untuk mengajarkan pelajaran-pelajaran akademik atau untuk mengembangkan pembelajaran mandiri akan frustasi. Sesungguhnya, keberhasilan siswa di sekolah, sebagian besar terletak pada kemampuannya belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri. Hal ini membuat strategi-strategi belajar penting sekali diperkenalkan kepada siswa seawal mungkin mulai sekolah dasar dan berlanjut ke sekolah menengah dan pendidikan tinggi (Nur, 2000).

Guru-guru yang tertarik pada strategi belajar yang dirancang untuk mengajarkan isi pelajaran mempunyai dua macam tujuan yaitu (1) membantu siswa dalam memperoleh bentuk informasi yang berfaedah, dan (2) membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan berpikir yang akan menuntunnya belajar sendiri (Sulaeman, 1988).

Pemilihan Strategi-Strategi Belajar Untuk Mengajar

Paling tidak, siswa seharusnya diajarkan strategi belajar. Siswa-siswa yang masih duduk di bangku sekolah dasar dapat diajarkan strategi-strategi khas seperti membuat kerangka garis besar, teknik-teknik mnemonics dan PQ4R. Siswa-siswa sekolah menengah dapat diajar dengan bagaimana sistem memori bekerja dan strategi-strategi belajar yang lebih lanjut, seperti pembuatan catatan dan menggunakan catatan pinggir, dan pemotongan. Siswa pada tiap usia seharusnya diperkenalkan strategi-strategi organisasi seperti membuat peta konsep dan kerangka garis besar. Mulai dari awal sekolah dasar, siswa seharusnya juga diajarkan bagaimana melakukan refleksi terhadap proses metakognitif mereka (Nur, 2000).

Penggunaan strategi belajar secara efektif memerlukan pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional tentang strategi-strategi belajar. Pengetahuan deklaratif tentang strategi-strategi tertentu seharusnya termasuk bagaimana strategi itu didefinisikan, mengapa strategi itu berhasil, dan bagaimana strategi itu sesuai atau berbeda dari strategi-strategi lain. Sebagai misal, siswa perlu mengetahui apakah catatan matrik itu dan mengapa jenis pembuatan catatan ini kadang-kadang lebih efektif dalam mempelajari informasi berbentuk teks daripada menggarisbawahi. Siswa juga memerlukan pengetahuan prosedural, sehingga siswa dapat menggunakan berbagai macam strategi belajar secara efektif. Pengetahuan kondisional diperlukan sehingga siswa mengetahui kapan dan mengapa menggunakan strategi tertentu. Dengan mengambil catatan matrik, sebagai misal, siswa perlu mengetahui kapan waktunya penting membuat catatan matrik dan kapan menggaris-bawahi sudah cukup (Nur, 2000).

Model Pengembangan Perangkat

Model pengembangan perangkat pembelajaran memuat langkah-langkah yang harus diikuti dalam pengembangan perangkat. Ada 3 macam model pengembangan perangkat pembelajaran yaitu Model Kemp, Model Four-D, dan Model Dick dan Carey (Ibrahim, 2003).

1. Model Kemp

Menurut Clarence Schaver (1971) dalam Suparman, A (1997:29) bahwa pengembangan perangkat pembelajaran merupakan perencanaan secara akal sehat untuk mengidentifikasi masalah belajar dan mengusahakan pemecahan masalah tersebut dengan menggunakan suatu rencana terhadap pelaksanaan, evaluasi, ujicoba, umpan balik dan hasilnya. Sedangkan Hamreus (1971) dalam Suparman, (1997) menyebutnya secara singkat sebagai proses yang sistematik untuk meningkatkan kualitas kegiatan instruksional (pembelajaran). Dari kedua pengertian tersebut menitikberatkan pengertian pengembangan instruksional pada tujuan dan maksudnya yaitu memecahkan masalah belajar, meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran atau meningkatkan kondisi-kondisi belajar.

Perangkat pembelajaran menurut Kemp adalah:

a.Problema pembelajaran dan analisis tujuan.

Pada tahap ini dilakukan analisis problem pembelajaran dan analisis tujuan kurikulum yang berlaku untuk pokok bahasan yang akan dikembangkan perangkatnya. Tahapan ini disebut juga analisis ujung depan, analisis kebutuhan belajar, penilaian hasil belajar.

b.Analisis karakteristik siswa

Pada awal perencanaan sangatlah perlu untuk memperhatikan ciri, kemampuan dan pengalaman siswa, baik secara kelompok maupun individu (Kemp, 1985: 62). Analisis siswa meliputi karakteristik siswa antara lain: kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap pelajaran, pengalaman, keterampilan mekanis, kemampuan bekerja sama dan ciri-ciri sosial yang lain.
Analisis siswa bertujuan untuk mengetahui keadaan dan latar belakang siswa yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil analisis ini dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran.

c.Isi mata ajar dan analisis tugas yang berkaitan dengan penetapan tujuan pembelajaran

Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi satuan pelajaran. Analisis tugas mencakup :
1)Analisis isi mata ajar
Analisis struktur isi adalah perincian isi materi ajar pokok bahasan atau ketrampilan yang mencakup aspek kognitif dan psikomotor. (Kemp, 1994).
2) Analisis Prosedural.
Analisis prosedural digunakan untuk mengidentifikasi tahap-tahap
penyelesaian tugas sesuai dengan pokok bahasan.
3)Analisis Proses Informasi
Bertujuan untuk mengelompokkan tugas yang akan dilaksanakan oleh siswa di dalam setiap kali pertemuan.
4) Analisis Konsep.
Analisis konsep adalah kegiatan mengidentifikasi konsep-konsep utama dari pokok bahasan.

d.Perumusan Tujuan Pembelajaran.

Rumusan tujuan pembelajaran adalah rumusan tujuan tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Pernyataan-pernyataan ini perlu dianalisis untuk menentukan keterampilan-keterampilan yang perlu dipelajari, kondisi penerapannya dan kriteria keberhasilan kinerja. Menurut Kardi (2003) daftar rumusan tujuan pembelajaran yang terlalu banyak akan cenderung menurunkan percaya diri siswa utnuk mencapainya. Tiga atau empat tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara umum , yang rumusannya menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.

e.Penyusunan Instrumen Evaluasi.

Langkah selanjutnya dalam pengembangan perangkat adalah penyusunan instrumen evaluasi. Tujuan penyusunan instrumen evaluasi ini adalah untuk mengembangkan butir soal yang paling cocok untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran khusus (indikator). Evaluasi merupakan suatu alat untuk mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah pembelajaran berlangsung. Tes hasil belajar dapat digunakan untuk ; (1) menentukan urutan prestasi siswa, (2) menentukan sasaran belajar mana yang telah atau belum dikuasai oleh siswa. Sasaran belajar yang dicapai yaitu hasil belajar yang dikuasai oleh siswa terhadap ilmu atau keterampilan tertentu (Kardi, 2002). Untuk mengatahui sejauh mana kemampuan dasar yang ditargetkan dapat dikuasai oleh siswa digunakan metode Prinsip Acuan Kriteria (PAK). Dengan demikian butir soal harus mencerminkan indikator (Depdiknas,2002)

f.Pemilihan Strategi atau langkah-langkah pembelajaran.

Kegiatan ini bertujuan untuk memilih dan merencanakan kegiatan belajar
berdasarkan bahan yang berkaitan dengan sasaran belajar agar dapat dicapai hasil belajar yang maksimal.

g.Pemilihan Media dan Sumber Belajar.

Keberhasilan kegiatan belajar mengajar bergantung juga pada penggunaan sumber pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai. Jika sumber-sumber pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan lebih hati-hati dapat memenuhi tujuan pembelajaran antara lain; memotivasi siswa, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi subjek, dan memberi kesempatan menganalisis sendiri kinerja individual (Kemp, 1994). Menurut Rustaman (1997) media digunakan sebaga perantara untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan alat penampil dalam kegiatan pembelajaran, guna mempertinggi efektivitas dan efesiensi pencapaian tujuan pendidikan.


2. Model Four-D

Model pengembangan perangkat ini seperti yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, and Disseminate atau diadaptasikan menjadi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran (Ibrahim,2003)

a. Tahap Pendefinisian (define), ada 5 langkah pokok di dalam tahap ini, yaitu:

1) Analisis ujung depan, dengan mempertimbangkan kurikulum yang berlaku.
2) Analisis siswa, dengan memperhatikan ciri, kemampuan, pengalaman siswa.
3) Analisis tugas, mencakup: analisis struktur isi, analisis prosedural.
4) Analisis konsep, mengidentifikasi konsep-konsep yang akan diajarkan, menghasilkan peta konsep
5) Perumusan tujuan, untuk mengkonversikan hasil analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus.

b. Tahap Perancangan (design), pada tahap ini dilakukan:
1) penyusunan tes
2) pemilihan media
3) pemilihan format
4) rancangan awal perangkat

c. Tahap Pengembangan (develop), meliputi:
1) validasi perangkat oleh pakar diikuti dengan revisi
2) simulasi
3) uji coba terbatas
4) uji coba lebih lanjut

d.Tahap Pendiseminasian (disseminate), tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain.


3. Model Dick dan Carey

Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick dan Carey, yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey (Ibrahim, 2003). Selanjutnya Kardi (2003) menjelaskan ada sembilan langkah dasar untuk menggambarkan prosedur yang dilakukan oleh seseorang apabila menggunakan pendekatan sistem untuk merancang pembelajaran.
Komponen-komponen model pendekatan sistem itu akan diuraikan secara garis besar sebagai berikut (Kardi, 2003):

a. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran, untuk menentukan tujuan pembelajatan ini berdasarkan materi kurikulum yang dipergunakan dalam penelitian.
b. Melakukan analisis pembelajaran, analisis pembelajaran ini untuk menentukan model pembelajaran apa yang perlu dilakukan oleh siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut perlu dilakukan:

1)Analisis tujuan, analisis tujuan ini untuk mengidentifikasi ketrampilan-
ketrampilan subordinat yang harus dipelajari oleh siswa.
2) Langkah-langkah prosedural subordinat, adalah sesuatu yang perlu diikuti oleh siswa untuk mempelajari suatu proses. Analisis ini akan menghasilkan diagram atau charta yang berisi ketrampilan-ketrampilan

c. Mengidentifikasi tingkah laku awal siswa dan karakteristik siswa

1) Mengidentifikasi tingkah laku awal siswa, digunakan untuk mengidentifikasi ketrampilan khusus yang perlu dimiliki oleh siswa sebelum melaksanakan proses pembelajaran.. Ketrampilan-ketrampilan khusus ini harus dapat dilakukan oleh siswa agar pembelajaran dapat dimulai dan berjalan secara efektif dan efisien.
2) Karakteristik siswa.

d. Menulis tujuan pembelajaran khusus (performance objective), kegiatan ini dilakukan berdasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku awal siswa. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus, berupa pernyataan-pernyataan tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah selesai melakukan pembelajaran. Pernyataan-pernyataan ini perlu dianalisis untuk menentukan ketrampilan-ketrampilan yang perlu dipelajari, kondisi penerapannya dan kriteria keberhasilan kinerja.

e. Mengembangkan butir soal beracuan kriteria, kegiatan ini untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Penekanannya pada ketercapaian tingkah laku yang tersurat di dalam tujuan pembelajaran.

f.Mengembangkan strategi pembelajaran, meliputi: kegiatan prapembelajaran,
presentasi informasi, latihan dan umpan balik, tes, tugas.

g. Mengembangkan/memilih pembelajaran, bergantung pada macam proses belajar-mengajar yang digunakan, tersedianya materi yang diperlukan, dan sumber-sumber yang tersedia.

h. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif, tujuan untuk mengumpulkan data yang akan dipergunakan sebagai dasar memperbaiki program pembelajaran yang telah disusun.

i. Merevisi, tahap terakhir dan tahap pertama dari siklus ulang, ialah merevisi program pembelajaran.

j. Evaluasi sumatif, merupakan evaluasi terakhir tentang keefektivan suatu program pembelajaran, pada umumnya evaluasi sumatif ini bukan merupakan bagian dari prosesperancangan pembelajaran.

L. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan strategi belajar adalah;
1. Suyatman (1999) dalam penelitiannya tentang melatihkan strategi belajar dengan menggunakan pembelajaran langsung menemukan bahwa strategi belajar dapat meningkatkan proporsi jawaban benar siswa rata-rata dari 0,36 menjadi 0,73 dan proporsi TPK rata-rata dari 0,43 menjadi 0,70 dengan tingkat sensitivitas rata-rata 0,37.
2. Masra Latjompoh (2000) dalam penelitiannya tentang pengembangan perangkat berorientasi stategi belajar menggunakan pembelajaran langsung menemukan bahwa tes hasil belajar produk diperoleh hasil rata-rata jawaban benar uji awal 9,73% dan rata-rata uji akhir sebesar 40.04%, terjadi peningkatan sebesar 30,31%. Untuk tes hasil belajar proses diperoleh hasil rata-rata jawaban benar uji awal sebesar 0,42% dan rata-rata uji akhir sebesar 88,65%, terjadi peningkatan 88,23%. Adapun saran yang diberikan bahwa untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan efektif terhadap pengembangan perangkat pembelajaran model strategi belajar, sebaiknya dilaksanakan ujicoba lanjutan pada kelas atau ekolah yang lain.
3. Sutowijiyo (2002) dalam penelitiamiya tentang penerapan strategi belajar peta konsep pada pembelajaran langsung menyimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dihasilkan memiliki reliabilitas dengan kategori baik (lebih dari 75%), dan juga ditemukan bahwa rata-rata siswa telah mencapai hasil belajar yang baik dengan nilai 8,77. Dalam simpulan dan saran, disarankan supaya guru memberikan banyak tugas tentang pembuatan peta konsep khususnya pada pokok bahasan yang berhubungan dengan hierarkhi konsep.


DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Dahar, R.W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi SLTP Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Pengujian Berbasis Kemampuan Dasar SLTP Mata Pelajaran Sains. Jakarta.

Ibrahim, M. 2002. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran”. Pelatihan terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Modul BIO-C-06. Dirjen SLTP. Depdiknas.

Kardi, S. 2003a. Penelitian Kelas. Surabaya: Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

Kardi, S. 2003b. “Merancang Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Sistem”. Makalah disampaikan pada Lokakarya MKPBM dengan tema Peningkatan Penguasaan Materi Kuliah Proses Belajar Mengajar untuk Meningkatkan Keprofesionalan Calon guru Biologi Universitas Jember bekerja sama dengan Proyek Semi QUE V pada tanggal 24 Mei 2003. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.


Keller, J. Physics. 2nded. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Kemp, Jerrold E.(Penerjemah Asril Marjohan). 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

Latjompoh, M. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi SMU Pokok Bahasan Sistem Koordinasi Berorientasi Strategi Belajar (Rehearsal, Elaborasi, Organisasi). Tesis Magister Pendidikan tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya.

Nur, M. dan Wulandari, P.R. 2000.Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Study Matematika dan IPA Sekolah UNESA.

Nur, M., Wikandari, P.R. dan Sugiarto, B. 1998. Teori Pembelajaran Kognitif. Surabaya: Pusat Study Matematika dan IPA Sekolah UNESA.

Rustaman, N. dan Rustaman, A. 1997. Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Depdikbud.

Slavin,R. 1994. Educational Psychologi : Theory Reseach and Practice. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sulaeman, D. 1988. Teknologi Metodologi Pengajaran. Jakarta: Dirjendikti Depdikbud.

Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sutowijoyo. 2002. Penerapan Strategi Belajar Peta Konsep yang Dilatihkan dengan Direct Instruction pada Pokok Bahasan Struktur Hewan Siswa Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tesis Magister Pendidikan tidak dipublikasikan. Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya

No comments: