psikologi sains

wacana saling bertukar pikiran dan berbagi ilmu

Tuesday, October 18, 2011

persepsi

Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian memproses informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang diteriman oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung (Matlin, 1989; Solso,1988). Secara singkat dapat dikatakan bahwa prsepsi merupakan suatu proses menginterprestasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem indera manusia. Misalnya pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca tulisan, atau mendengar suara tertentu, ia akan melakukan interprestasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan relevan dengan hal-hal itu.
Presepsi mencakup dua proses yaitu bottom-up atau data driven processing (aspek stimulus), dan top-down atau conceptually driven processing (aspek pengetahuan seseorang). Hasil persepsi seseorang mengenai sesuatu objek disamping dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai objek itu. Ada tiga aspek dalam presepsi yang dianggap sangat relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
1. Pencatatan Indera
Pencatatan indera disebut juga ingatan sensori. Pencatatan indera merupakan sistem ingatan yang dirancang untuk menyimpan sebuah rekaman (record) mengenai informasi yang diterima sel-sel reseptor. Sel-sel reseptor merupakan sistem yang terdapat pada alat indera organ tubuh tertentu yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit tubuh yang merepon energi fisik dari lingkungan (Ellis dan Hunt, 1993). Rekaman stimulus yang disimpan tersebut disebut sensory trace.
Ada tiga karakteristik pencatatan indera yang memungkinkan sistem melakukan fungsi penyimpanan rekaman secara optimal, antara lain
a. Informasi disimpan didalam bentuk yang masih kasar (veridical form), dan belum memiliki makna
b. Pencatatan indera memerlukan ukuran ruang yang cukup untuk menyimpan informasi yang ditangkap oleh reseptor.
c. Informasi yang masuk ke dalam sistem pencatatan indera berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
Sistem pencatatan indera sebenarnya mencangkup lima macam, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Ada dua jenis ingatan sensori atau indera, antara lain
1.) Ingatan iconic, merupakan sistem pencatatan indera terhadap informasi visual (gambar dan benda konkrit)
2.) Ingatan echoic, sistem pencatatan yang beroperasi di dalam pendengaran manusia. Ada dua macam pencatatan indera dengar, penyimpanan jangka pendek dan penyimpanan jangka panjang.
2. Pengenalan pola
Proses pengenalan pola (pattern recognition) merupakan tahap lanjutan setelah pencatatan indera. Pengenalan pola merupakan proses transformasi dan mengorganisasikan informasi yang masih kasar itu, sehingga memiliki makna atau arti tertentu. Pengenalan pola merupakan proses mengidentifikasi stimulus indera yang tersusun secara rumit. Pengenalan pola melibatkan proses membandingkan stimulus indera dengan informasi yang disimpan dalam ingatan jangka panjang.
Beberapa teori mengenai pengenalan pola antara lain,
a. Template-Matching Theory
Proses pengenalan pola terjadi dengan cara membandingkan satu stimulus dengan seperangkat pola khusus yang telah disimpan di dalam ingatan jangka panjang (lJPj). Setelah membandingkan kemudian dengan pola yang paling dekat dengan objek stimulus yang ditangkap oleh alat indera.
b. Prototype Theory
Menurut teori ini, seseorang menyimpan prototipe (bentuk dasar) yang abstrak dan ideal di dalam ingatan. Ketika seseorang melihat suatu stimulus, kemudian ia membandingkannya dengan prototipe tertentu yang cocok. Jika pencocokan sudah sesuai, maka orang akan mengenal stimulus tersebut. Jika belum cocok, ia akan mencoba membandingkan lagi dengan jenis prototipe yang lain sampai diketemukan yang paling cocok.
c. Distinctive-Feature Theory
Teori atau model ini menyatakan bahwa orang yang membeda-bedakan di antara berbagai objek atau huruf berdasarkan ciri-ciri khusus yang di miliki objek atau huruf itu. Ciri-ciri khusus yang membedakan antara objek atau huruf yang satu dengan yang lainnya itu disebut distinctive feature.
d. Gestalt Theory
Menurut teori Gestalt secara alamiah manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam mengorganisasikan objek-objek persepsual (Brennan, 1991;Hayes, 1978). Stimulus dari lingkungan cenderung diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu dengan cara-cara yang sama oleh kebanyakan orang. Teori Gestalt mengajukan beberapa prinsip tentang kecenderungan-kecenderungan orang didalam pengenalan pola yang berkaitan dengan dengan objek atau informasi visual, antara lain
a. Prinsip kedekatan (proximity), objek-objek visual yang terletak berdekatan atau tampil didalam waktu yang bersamaan cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan
b. Prinsip kemiripan (similarity), objek-objek visual yang memiliki struktur sama atau mirip cenderung di persepsi atau dilihat sebagai satu kesatuan (kelompok).
c. Prinsip searah (direction), objek-objek visual cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan apabila berada di dalam satu arah pandangan.
d. Prinsip ketutupan (closure), elemen-elemen objek stimulus yang kurang lengkap cenderung dilihat secara lengkap.
e. Prinsip pragnan, tata letak sejumlah objek meski kurang beraturan cenderung dipersepsikan secara baik, sederhana dan bermakna tertentu.
Pada dasarnya faktor konstektual sangat mempengaruhi proses pengenalan pola. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengenalan pola. faktor konstektual adalah keterkaitan suatu objek persepsi dengan serangkaian objek-objek yang lain dalam bentuk sebuah gambar peristiwa atau situasi, maupun sebuah kata atau kalimat.
a. object Superiority Effect, sebuah object akan lebih cepat dikenal apabila object tersebut merupakan bagian dari rangkaian objek-objeck yang lan di dalam situasi tertentu, bukan berdiri sendiri yang terpisahkan dengan orang lain (in isolation), contoh : orang lebih tepat menafsir panjang sebuah garis apabila garis itu merupakan bagian dari sebuah gambar segitiga, daripada garis itu disajikan secara terpisah atau sendirian. Sebuah produk baru sikat gigi “formula” akan lebih mudah dikenal apabila produk itu dirangkai dengan seorang bintang film terkenal yang diperlihatkan memakai sikat gigi merk itu.
b. Object inferiority effect, suatu objek dapat mempunyai pengaruh sebaliknya yakni negatif, jika diubah konsteksnya. Dari hasil object Superiority Effect dan Object inferiority effect dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenali suatu objek dapat berbeda jika konteks objek itu diubah. Suatu saat konteks objek dapat membuat objek itu lebih mudah dikenali, dan juga sebaliknya pada saat yang lain dapat terjadi bahwa objek yang sama itu lebih sulit dikenali.
c. Word Superiority Effect, suatu kesatuan unit yang lebih besar atau luas (misalnya sebuah kata) akan dipersepsikan lebi akurat daripada bagian demi bagian (misalnya huruf demi huruf). Ketika seseorang melihat sebuah kata maka ia tidak memproses huruf demi huruf secara terpisah-pisah, melainkan pada semua huruf didalam kata itu secara simultan (Sekuler dan Blake, 1990).
3. Perhatian
Perhatian (attention) adalah proses kosentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental (attention is a concentration of mental activity). Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu, kemudian pada saat yang bersamaan pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara objek yang lain diabaikan. Perhatian dapat dibedakan menjadi 2 jenis antara lain,
a. Perhatian terbagi (divided attention), terjadi pada saat orang dihadapkan pada lebih dari satu sumber pesan atau sumber informasi yang saling berkompetisi, sehingga orang tersebut harus membagi perhatiannya. Contoh pada waktu seseorang mengemudi mobil dijalan raya pusat kota yang lalu lintasnya sangat padat, maka perhatian orang itu akan terbagi kepada berbagai macam objek di dalam waktu yang bersamaan.
b. Perhatian terpilih atau selektif, terjadi pada waktu seserang dihadapkan pada tugas atau lebih secara bersamaan waktunya. Orang tersebut harus memusatkan perhatiannya kepada satu tugas saja dan mengabaikan tugas-tugas yang lainnya.
Menurut feature integration theory, proses perhatian dibedakan menjadi dua macam, yaitu praperhatian dan perhatian terfokus. Proses praperhatian merupakan tahap awal perhatian yang melibatkan aktivitas pencatatan sifat-sifat objek secara otomatis, menggunakan proses pararel terhadap semua medan visual. Sedangkan perhatian terfokus (control processing) merupakan tahap kedua dalam proses perhatian. Perhatian terfokus mencangkup serial atau berurutan di dalam mengidentifikasi objek-objek yang ada pada saat itu.
Pada awalnya teori-teori mengenai perhatian menyatakan bahwa orang-orang hanya sanggup memproses sejumlah informasi yang sangat terbatas pada suatu waktu. Pandangan ini mengacu pada konsep sebuah leher botol namun pandangan ini sekarang mulai mendapat kritikan karena dalam kenyataannya kapasitas manusia bersifat fleksibel sangat terantung pada jenis tugas dan banyaknya latihan yang pernah dilakukan, sebab otak manusia tidak seperti kontainer yang fasif melainkan bersifat aktif dan dapat berkembang. Sedangkan teori filter atau penyaringan beranggapan bahwa di dalam perhatian terjadi proses seleksi atau memilih aspek-aspek tertentu dari stimulus atau informasi. Sebab manusia memiliki keterbatasan kemampuan untuk dapat memproses sejumlah informasi dalam waktu yang bersamaan. Teori-teori penyaringan berasumsi penyaringan atau seleksi informasi terjadi di awal proses perhatian. Menurut anggapan teori ini, seleksi yang terjadi pada perhatian berlangsung pada tahap awal pemrosesan informasi (input), bukan pada tahap ahkir proses yakni pada saat orang akan merespon (output). Proses perhatian berlangsung seperti tombol untuk menghidupkan dan mematikan (on-off switch) lampu listrik atau radio. Switch model ini dapat diterangkan bahwa orang hanya dapat memusatkan perhatian pada satu informasi, sementara informasi lain akan diabaikan pada waktu yang bersamaan. Treisman mengajukan teori seleksi di awal yang lebih luas, didasarkan atas berbagai macam tombol mekanis yang kini berkembang. Ia berpendapat bahwa aktivitas perhatian beroperasi lebih menyerupai suatu alat pengendali yang mengatur besar-kecilnya energi yang melewatinya.
Menurut Attenuator model teori ini diasumsikan bahwa proses perhatian bekerja pada saat respon keluaran (output), bukan diawal proses (input). Semua informasi dianggap dapat membangkitkan representasi ingatan jangka panjang. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua masukan informasi dapat diketahui dan dikenali (direkognisi). Sekalipun begitu, sistem organisme manusia diasumsikan memiliki keterbatasan kemampuan kognitif, sehingga sanggup meng-organisasikan satu respon dari sejumlah masukan indera yang diterima. Oleh sebab itu, orang tidak sanggup memusatkan perhatian kepada semua informasi yang mengaktifkan ingatan jangka panjang, dan harus memilih beberapa bagian saja sehingga orang tersebut dapat membuat respon.
Demikian pula Teori Kapasitas (Capacity Theory) ingin mencoba mendekati isu tersebut dengan berasumsi bahwa sumber-sumber kapasitas kognitif terbatas. Seseorang memiliki jumlah kapasitas kognitif tertentu yang dapat digunakan melakukan berbagai tugas atau pekerjaan yang sedang dihadapi. Tugas-tugas yang berbeda menuntut penyediaan jumlah kapasitas kognitif yang berbeda pula. Jumlah aktivitas yang dapat dilakukan secara bersamaan akan ditentukan oleh besar-kecilnya kapasitas yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas. Jika tugas tunggal menuntut kosentrasi penuh, maka tidak ada lagi kapasitas yang tersisa bagi tugas tambahan. Berdasarkan asumsi tersebut, perhatian merupakan proses penyediaan atau alokasi sumber-sumber kapasitas kognitif terhadap masukan stimulus atau informasi.
Sejumlah tugas atau pekerjaan ada yang menyita sumber kapasitas kognitif yang banyak, sehingga sulit bagi sesorang melakukan aktivitas lain secara bersamaan waktunya ataupun sebaliknya. Otomasitas menunujuk pada berkurangnya tuntutan suatu tugas atau pekerjaan terhadap penggunaan kapasitas pokok. Hal ini merupakan perkembangan yang penting, sebab pekerjaan pekerjaan yang dilakukan secara otomatis akan menyisakan sumber-sumber energi yang dapat dipakai untuk melakukan tugas-tugas yang lain. Proses otomatisitas merupakan kebalikan dari proses terkendali. Pemrosesan otomatis dapat digunakan pada tugas-tugas melibatkan objek-objek yang sudah sering diknal atau akrap. Pemrosesan terkendali diguaakan untuk tugas-tugas yang baru atau belum dikenal.Pemrosesan otomatis bersifat pararel seseorang dapat menangani dua objek atau lebih secara sekaligus.Pemmrosesan terkendali bersifat serial (urut) sehingga ada satu objek yang ditangani pada suatu waktu.


Kesadaran (Consciousness)
Kesadaran adalah istilah yang sangat berhubungan dengan perhatian, tetapi kesadaran tidak identik dengan perhatian. Kesadaran dibedakan menjadi dua antara lain
a. Kesadaran pasif, kesadaran seseorang tentang lingkungan pada waktu ia melamun, menikmati keindahan sebuah karya seni, mendengarkan musik.
b. Kesadaran aktif, melibatkan kebutuhan seseorang untuk merencanakan, membuat keputusan, dan melaksanakan keputusan tersebut.
4. Fenomena dalam persepsi
a. Persepsi bawah sadar (sublimical perception)
Persepsi terhadap suatu objek dapat terjadi tanpa disengaja atau disadari oleh seseorang. Biasanya persepsi tersebut tertuju pada objek, gambar atau kata-kata yang ditampilkan didalam waktu yang relatif singkat atau sedikit dalam rangkaian suatu peristiwa. Persepsi subliminal terjadi apabila stimulus yang tampaknya tidak diperhatikan atau tanpa disadari keberadaanya oleh seseorang namun secara diam-diam stimulus itu mempengaruhi perilaku orang yang bersangkutan dikemudian hari.
b. Ilusi atau kesalahan persepsi (error of perception)
Kesalahan persepsi biasanya disebut ilusi (illusion) terjadi ketika seseorang mempersepsi suatu obje secara tepat atau tidak sesuai dengan keadaan semestinya (realitas objektif).
c. Menghindar persepsi (perceptual defence)
Fenomena menghindar atau menolak agar tidak terjadi suatu persepsi terhadap stimulus yang dihadirkan pada seseorang, Seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya stimulus yang bermuatan emosi cenderung kurang siap untuk dipersepsikan daripada stimulus yang netral (Eysenck, 1984) contoh apabila kepada seseorang diucapkan kata tabu, cabul atau dapat membangkitkan kenangan masa lalu yang traumatis, maka ia cenderung akan menghindari untuk mempersepsi kata-kata itu. Biasanya dilakukan seseorang dengan menutup telinganya, memalingkan muka atau mengalihkan perhatiannya kepada pembicaraan yang lain untuk menghindari terjadinya persepsi terhadap ucapan-ucapan itu. Situasi ini mengakibatkan stimulus itu tidak berada dalam kesadaran penuh yang siap dipersepsikan oleh seseorang melainkan diambang kesadaran (threshold)
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi
Hasil suatu presepsi atau interprestasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom up) dengan pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down). Berkaitan dengan pemikiran tersebut maka ada dua informasi yang dapat digunakan untuk mempersepsik dunia luar secara tepat yaitu pertama informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu dan kedua yaitu pengetahuan serta pengalaman yang relevan dimiliki dan telah tersimpan didalam ingatan seseorang.
Berapa prinsip lain yang dapat ditambahkan berkaitan dengan persepsi antara lain yaitu
a. Familiaritas, objek-objek yang sudah dikenal akrab akan lebih mudah dipersepsi daripada objek-objek yang baru atau yang masih asing.
b. Ukuran, objek-objek yang ditampilkan dengan ukuran besar akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali daripada yang ukuran kecil.
c. Intensitas, objek-objek yang memiliki warna tajam atau mencolok akan lebih mudah dikenali daripada objek-objek yang memiliki warna tipis atau kurang tajam.
d. Gerak, objek-objek yang bergerak cenderung lebih mudah dipersepsi daripada objek-objek yang diam atau pasif.
Sesuatu objek akan dipersepsi secara berbeda apabila konteks objek itu berubah. Misalnya seseorang akan tampak lebih tua ketika berkumpul dengan orang-orang yang masih muda begitu pula sebaliknya.
Berkaitan dengan fenomena persepsi dapat dibedakan menjadi dua realitas penting antara lain
a. Realitas objektif, adalah fenomena yang bersifat fisik atau geografis.realitas ini dapat juga disebut realitas fisik. Fenomenanya menggunakan ukuran-ukuran yang akurat dan cenderung tidak berubah sepanjang waktu.
b. Realitas subjektif merupakan fenomena psiologis atau disebut realitas psikologi. Kebanyakan persepsi dan kehidupan psikologis pada umumnya menggambarkan realitas subjektif, sehingga hasil persepsi terhadap objek yang sama dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat tergantung pada konteks pengetahuan atau pengalaman masing-masing orang.

No comments: