psikologi sains

wacana saling bertukar pikiran dan berbagi ilmu

Tuesday, October 18, 2011

Analisis Sosial

Istilah analisis sosial atau analisis kemasyarakatan tidak selalu dipakai dalam arti yang sama. Dalam arti sempit dimaksudkan usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau masalah sosial secara objektif, terlepas dari soal siapa akan membuat apa dengan analisis itu kemudian. Jadi, analisis sosial bukanlah alat bantu siap pakai untuk membereskan masalah-masalah sosial. Dalam arti luas, analisis sosial dalam arti sempit tadi dipakai dalam hubungan dengan usaha mengubah keadaan atau memecahkan masalah yang dianalisis. Jadi, analisis sosial mencoba mengaitkan analisis ilmiah dengan kepekaan etis, artinya memperhatikan dan memikirkan tindakan yang mau dilaksanakan. Dalam arti ini, analisis sosial mengandaikan dan mengandalkan nilai-nilai etis tertentu. Analisis dipergunakan sebagai alat saja untuk memperjuangkan tujuan tertentu. Maka, kedua pengertian ini tidak bertentangan, sebab analisis dalam arti pertama selalu harus mendasari analisis dalam arti luas. Langkah-langkah kongkret Analisis Sosial Metode analisis sosial ini dapat dipergunakan untuk menganalisis satuan-satuan sosial (misalnya desa, Ormas), masalah-masalah sosial (misalnya pengangguran, narkoba, masalah kepelajaran/pendidikan) lembaga-lembaga sosial (misal sekolah, proyek pembangunan). Dls. Langkah-langkah konkret berikut ini pertama-tama dimaksudkan untuk ditempuh bersama-sama dalam bentuk kelompok kerja oleh orang yang berkepentingan atau berminat, Biasanya didampingi oleh seseorang yang sudah berpengalaman dan/ atau yang bisa membantu sebagai nara sumber. Langkah 1-6 merupakan usaha mengadakan, mengatur dan mempersiapkan bahan analisis. Dalam langkah 7-10 bahan itu dianalisis secara mendalam. Langkah 11 merupakan refleksi etis (teologis). Langkah 12 adalah awal pemanfaatan usaha analisis demi praksis dan politik yang kreatif. Kalau ada waktu secukupnya, maka semua langkah bisa dijalankan satu demi satu. Kalau waktu tidak cukup luas, maka sekurang-kurangnya beberapa langkah penting sebaiknya dijalankan dengan memakai bahan bantuan dari pendamping analisis. Langkah - Langkah Konkret – Praktis 1. Memilih dan menentukan sasaran analisis. Pilihan itu harus didasari oleh alasan-alasan yang masuk akal. 2. Masing-masing peserta kelompok mengungkapkan dan mempertanggungjawabkan pendirian pribadi. Dengan kata lain, premis-premis nilai mereka yang hendak menjadi landasan dan tolak ukur sementara dalam usaha menganalisis sasaran yang sudah dipilih. Langkah ini lebih merupakan tukar pikiran (sharing) daripada diskusi dan mengadaikan keterbukaan untuk koreksi atau pengembangan pendirian itu. Deskripsi: seperti apa keadaannya? 3. Mengumpulkan fakta dan data dalam segala bentuk (a.l. pengalaman, informasi lisan, statistik, laporan, angket kecil, observasi, guntingan koran) yang masih bersifat agak kebetulan dan kurang teratur (brainstorming). Dengan demikian dapat diperoleh sekedar deskripsi masalah yang hendaknya tidak dicampuradukkan dengan penilaian pribadi. 4. Mengelompokkan fakta dan data tersebut secara pragmatis ke dalam tiga kolom bidang kehidupan masyarakat, yaitu: (a) politik, (b) ekonomi dan (c) sosio-budaya. Seperlunya dan sesuai dengan sasaran analisis dapat ditambah satu kolom lagi, misalnya (d) IRM/ Muhammadiyah. Ke dalam kolom-kolom itu bisa dimasukkan fakta dan data tambahan, terutama yang menyangkut kerangka dan masalah-masalah nasional, umpamanya dengan bantuan istilah-istilah klasifikasi dari ketiga bidang di atas. 5. Fakta dan data dalam masing-masing kolom itu dirangkum secara sistematis per kolom ke dalam kira-kira 10 rumusan pokok yang mengungkapkan suatu masalah, hubungan sebab akibat, dst. Secara singkat, mengena dan padat; jadi jangan terlalu umum atau terlalu khusus. Seringkali satu atau dua kata kunci (antar kurung bisa ditambah beberapa kata konkretisasi) sudah memadai dan paling mudah untuk kerja kelompok selanjutnya. Sekedar contoh: birokrasi (berbelit-belit, simpang siur, kaku, sewenang-wenang); jurang kaya-misin melebar (kemewahan, pemborosan, pendapatan). 6. Memberikan bobot terhadap rumusan-rumusan pokok di dalam masing-masing kolom itu menurut mendesaknya (masalah besar) dan/atau pentingnya (faktor strategis) kenyataan yang diungkapkan oleh tiap-tiap rumusan. Langkah ini juga bisa ditempuh lewat pemberian nilai bobot secara kuantitatif (nilai 10 untuk rumusan terpenting, nilai 9 untuk urutan kedua, dst) oleh masing-masing peserta. Kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibahas bersama sehingga kelompok masih bisa mengadakan perubahan secara mufakat. Pembobotan ini hendak berdasarkan pengetahuan, tetapi jelas juga mengandung nilai-nilai. Analisis mengapa keadaan itu demikian? Apa latar belakangnya? 7. Terhadap bahan yang sudah disiapkan ini perlu dikemukakan pertanyaan terus-menerus: Mengapa semua itu demikian? Apa sebab-musababnya yang lebih mendalam? Dengan perkataan lain, perlulah membongkar struktur-struktur dalam (vertical analysis) dari rumusan masalah dalam masing-masing kolom di atas (misalnya dengan menghubung-hubungkan mereka dengan anak-anak panah). Dalam hal ini, para peserta juga bisa bertitik tolak dari beberapa analitis (yang berguna pula untuk meninjau kembali hasil analisis), misalnya: a. Politik: - Bagaimanakah pembagian kuasa? - Siapa yang mengambil keputusan? - Siapa yang tidak diikutsertakan? - Siapa yang diuntungkan oleh keputusan-keputusan itu? Siapa yang dirugikan? - Bagaimana cara dan proses pengambil keputusan? - Golongan dan kelompok masyarakat manakah (baik formal maupun informal) yang mempunyai pengaruh politis? - Siapa yang memiliki dan mengawasi alat-alat kuasa (lembaga-lembaga hukum, polisi, tentara)? Peranan konstitusi? - Pola organisasi dan wibawa (kuasa) manakah yang dianut? - Dalam bentuk apa rakyat berpartisipasi dalam politik? - Apakah ada aliran-aliran politik yang berbeda-beda? - Siapa memperjuangkan ideologi mana dan tujuan politik mana? - Bagaimanakah hubungan antara negara dan agama-agama? b. Ekonomi: - Bagaimanakah produksi (organisasi, teknologi), perdagangan, pembagian dan konsumsi barang-barang dan jasa-jasa diatur? - Sistem dan kebijaksanaan ekonomi manakah yang diandalkan? - Bagaimanakah hubungan antara modal dan tenaga kerja? - Siapa yang diuntungkan oleh tata dan kebijakan ekonomi itu? Siapa yang dirugikan? - Apakah peranan uang, bunga uang, dsb? - Siapa yang menguasai sumber-sumber daya alam? - Bagaimanakah pembagian milik harta? - Siapa yang mempunyai sarana-sarana produksi (tanah, modal, teknologi, pendidikan)? Adakah konsentrasi kuasa ekonomi? - Apa akibat-akibat dari cara prduksi dan konsumsi bagi lingkungan hidup dan alam? - Sejauhmana ada pengaruh-pengaruh ekonomi internasional? c. Sosio-budaya: - Nilai-tradisi dan lambang manakah yang dianut dan diandalkan oleh masing-masing golongan masyarakat? - Bagaimana semua itu tampak dalam bahasa sehari-hari? - Agama daan idelogi mempunyai pengaruh apa? - Nilai, ideologi dan “mitos” manakah yang menentukan politik dan ekonomi? - Manakah sikap-sikap dan harapan-harapan pokok yang terdapat dalam masyarakat? - Hubungan-hubungan sosial manakah yang paling penting dalam masyarakat? Dalam struktur dan institusi sosial mana hubungan tersebut diwujudkan? - Apakah ada masalah-masalah sosial yang khusus? 8. Mencari kesamaan dan perbedaan antara hubungan-hubungan dalam itu (cross analysis) dengan membandingkan hasil analisis vertikal dalam masing-masing kolom. Sehubungan dengan itu bisa ditanyakan a.l: § Manakah ciri-ciri khas yang sama di semua bidang hidup masyarakat? § Apakah yang akhirnya memapankan masyarakat seluruhnya itu? § Adakah salah satu bidang atau segi yang sangat dominan? § Apakah ada ketegangan atau pertentangan antara satu bidang dengan bidang lainnya? § Apakah terdapat gejala ke arah konflik dan masalah yang harus dihadapi di masa depan? § Segi historis: bagaimana semua itu terjadi? Masa depannya? 9. Meninjau dimensi historis dari semua hasil analisis di atas, misalnya dengan bertanya: - Bagaimana keadaan sekarang bisa diterangkan secara historis? Apakah ada periode, peristiwa-peristiwa dan saat-saat peralihan yang sangat penting? - Apakah ada perubahan-perubahan besar dalam tahun-tahun terakhir ini? Apakah ada dinamika perkembangan tertentu dalam masing-masing bidang atau masyarakat keseluruhan? - Ke arah masa depan tendensi apa saja yang terasa dan sudah tampak? - Apa kiranya akan terjadi sepuluh tahun lagi kalau keadaan dewasa ini diteruskan saja dan tidak berubah? - Apakah ada sumber-sumber daya cipta dan harapan? 10. Menyusun sekedar rangkuman hasil analisis, misalnya dengan merumuskan sejumlah tesis pokok (masing-masing 1-3 kalimat), yang merupakan semacam “hukum-hukum umum” (prinsip-prinsip yang dalam kenyataannya menentukan) di belakang keadaan atau masalah yang diselidiki. Tepat tidaknya tesis-tesis itu perlu ditinjau kembali terus menerus apakah sungguh berdasarkan dan sesuai dengan fakta dan data yang sudah dikumpulkan. 11. Meninjau kembali dan menyoroti secara kritis premis-premis nilai yang diutarakan oleh para peserta kelompok dalam tahap kedua. Dalam hubungan ini perlu diperiksa dan dibahas bersama-sama, dengan memperhatikan hasil analisis, apakah nilai-nilai itu memang “berguna, berarti, masuk akal dan dapat diwujudkan”. Sebagai titik tolak dapat diajukan pertanyaan seperti misalnya: - Bagaimana saya mengalami kenyataan yang dianalisis itu? - Bagaimana saya mengartikan dan menilainya? - Di mana tempat saya dalam kenyataan itu? Dari pertanyaan semacam itu akan timbul sejumlah keprihatinan manusiawi (yang seharusnya menantang orang-orang beriman untuk merumuskan keprihatinan iman mereka). Berdasarkan refleksi itu, kelompok mencari kesepakatan tentang nilai dan tujuan konkret yang hendak dipegang dan diperjuangkan bersama-sama (usaha ini merupakan refleksi teologis kalau dijalankan berdasarkan iman). Keputusan: apa yang bisa dibuat? Apa yang akan kita buat? 12. Menarik beberapa kesimpulan tentang apa yang ingin dan bisa diusahakan secara perorangan atau bersama-sama. Seberapa konkret kesimpulan itu, memang sangat tergantung dari bentuk analisis yang diadakan, yaitu apakah pertama-tama sebagai latihan ataukah sebagai usaha nyata dari suatu kelompok yang hidup atau bekerja bersama. Dalam menyusun suatu kebijakan atau program kerja perlu diperhatikan “apa yang yang dapat dijangkau”, mengingat bermacam-macam halangan dan hambatan yang selalu ada. Perlu juga perencanaan dengan strategi yang hendak ditempuh, prioritas-prioritas serta operasionalisasi dari semua itu. Evaluasi: Sejauh mana tindakan yang diambil berhasil? - Apa yang dicapai? Apa yang tidak berhasil? - Manakah efek-efek sampingan yang tidak diinginkan? - Mengapa ada kegagalan? Apakah ada kesalahan dalam analisis? Ataukah dalam perencanaan? Ataukah dalam pelaksanaan? Rujukan: J.B. Banawiratma, SJ dan J. Muller,SJ. 1993. Berteologi Sosial Lintas Ilmu: Kemiskinan Sebagai Tantangan Hidup Beriman. Jakarta: Kanisius Prev: Dasar-Dasar Gerakan IRM

persepsi

Persepsi merupakan tahap paling awal dari serangkaian memproses informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan didalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterprestasi stimulus (rangsangan) yang diteriman oleh alat indera seperti mata, telinga, dan hidung (Matlin, 1989; Solso,1988). Secara singkat dapat dikatakan bahwa prsepsi merupakan suatu proses menginterprestasi atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem indera manusia. Misalnya pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca tulisan, atau mendengar suara tertentu, ia akan melakukan interprestasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan relevan dengan hal-hal itu.
Presepsi mencakup dua proses yaitu bottom-up atau data driven processing (aspek stimulus), dan top-down atau conceptually driven processing (aspek pengetahuan seseorang). Hasil persepsi seseorang mengenai sesuatu objek disamping dipengaruhi oleh penampilan objek itu sendiri, juga pengetahuan seseorang mengenai objek itu. Ada tiga aspek dalam presepsi yang dianggap sangat relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
1. Pencatatan Indera
Pencatatan indera disebut juga ingatan sensori. Pencatatan indera merupakan sistem ingatan yang dirancang untuk menyimpan sebuah rekaman (record) mengenai informasi yang diterima sel-sel reseptor. Sel-sel reseptor merupakan sistem yang terdapat pada alat indera organ tubuh tertentu yaitu mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit tubuh yang merepon energi fisik dari lingkungan (Ellis dan Hunt, 1993). Rekaman stimulus yang disimpan tersebut disebut sensory trace.
Ada tiga karakteristik pencatatan indera yang memungkinkan sistem melakukan fungsi penyimpanan rekaman secara optimal, antara lain
a. Informasi disimpan didalam bentuk yang masih kasar (veridical form), dan belum memiliki makna
b. Pencatatan indera memerlukan ukuran ruang yang cukup untuk menyimpan informasi yang ditangkap oleh reseptor.
c. Informasi yang masuk ke dalam sistem pencatatan indera berlangsung dalam waktu yang sangat singkat.
Sistem pencatatan indera sebenarnya mencangkup lima macam, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Ada dua jenis ingatan sensori atau indera, antara lain
1.) Ingatan iconic, merupakan sistem pencatatan indera terhadap informasi visual (gambar dan benda konkrit)
2.) Ingatan echoic, sistem pencatatan yang beroperasi di dalam pendengaran manusia. Ada dua macam pencatatan indera dengar, penyimpanan jangka pendek dan penyimpanan jangka panjang.
2. Pengenalan pola
Proses pengenalan pola (pattern recognition) merupakan tahap lanjutan setelah pencatatan indera. Pengenalan pola merupakan proses transformasi dan mengorganisasikan informasi yang masih kasar itu, sehingga memiliki makna atau arti tertentu. Pengenalan pola merupakan proses mengidentifikasi stimulus indera yang tersusun secara rumit. Pengenalan pola melibatkan proses membandingkan stimulus indera dengan informasi yang disimpan dalam ingatan jangka panjang.
Beberapa teori mengenai pengenalan pola antara lain,
a. Template-Matching Theory
Proses pengenalan pola terjadi dengan cara membandingkan satu stimulus dengan seperangkat pola khusus yang telah disimpan di dalam ingatan jangka panjang (lJPj). Setelah membandingkan kemudian dengan pola yang paling dekat dengan objek stimulus yang ditangkap oleh alat indera.
b. Prototype Theory
Menurut teori ini, seseorang menyimpan prototipe (bentuk dasar) yang abstrak dan ideal di dalam ingatan. Ketika seseorang melihat suatu stimulus, kemudian ia membandingkannya dengan prototipe tertentu yang cocok. Jika pencocokan sudah sesuai, maka orang akan mengenal stimulus tersebut. Jika belum cocok, ia akan mencoba membandingkan lagi dengan jenis prototipe yang lain sampai diketemukan yang paling cocok.
c. Distinctive-Feature Theory
Teori atau model ini menyatakan bahwa orang yang membeda-bedakan di antara berbagai objek atau huruf berdasarkan ciri-ciri khusus yang di miliki objek atau huruf itu. Ciri-ciri khusus yang membedakan antara objek atau huruf yang satu dengan yang lainnya itu disebut distinctive feature.
d. Gestalt Theory
Menurut teori Gestalt secara alamiah manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan tertentu dan melakukan penyederhanaan struktur di dalam mengorganisasikan objek-objek persepsual (Brennan, 1991;Hayes, 1978). Stimulus dari lingkungan cenderung diklasifikasikan menjadi pola-pola tertentu dengan cara-cara yang sama oleh kebanyakan orang. Teori Gestalt mengajukan beberapa prinsip tentang kecenderungan-kecenderungan orang didalam pengenalan pola yang berkaitan dengan dengan objek atau informasi visual, antara lain
a. Prinsip kedekatan (proximity), objek-objek visual yang terletak berdekatan atau tampil didalam waktu yang bersamaan cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan
b. Prinsip kemiripan (similarity), objek-objek visual yang memiliki struktur sama atau mirip cenderung di persepsi atau dilihat sebagai satu kesatuan (kelompok).
c. Prinsip searah (direction), objek-objek visual cenderung dipersepsikan sebagai satu kesatuan apabila berada di dalam satu arah pandangan.
d. Prinsip ketutupan (closure), elemen-elemen objek stimulus yang kurang lengkap cenderung dilihat secara lengkap.
e. Prinsip pragnan, tata letak sejumlah objek meski kurang beraturan cenderung dipersepsikan secara baik, sederhana dan bermakna tertentu.
Pada dasarnya faktor konstektual sangat mempengaruhi proses pengenalan pola. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengenalan pola. faktor konstektual adalah keterkaitan suatu objek persepsi dengan serangkaian objek-objek yang lain dalam bentuk sebuah gambar peristiwa atau situasi, maupun sebuah kata atau kalimat.
a. object Superiority Effect, sebuah object akan lebih cepat dikenal apabila object tersebut merupakan bagian dari rangkaian objek-objeck yang lan di dalam situasi tertentu, bukan berdiri sendiri yang terpisahkan dengan orang lain (in isolation), contoh : orang lebih tepat menafsir panjang sebuah garis apabila garis itu merupakan bagian dari sebuah gambar segitiga, daripada garis itu disajikan secara terpisah atau sendirian. Sebuah produk baru sikat gigi “formula” akan lebih mudah dikenal apabila produk itu dirangkai dengan seorang bintang film terkenal yang diperlihatkan memakai sikat gigi merk itu.
b. Object inferiority effect, suatu objek dapat mempunyai pengaruh sebaliknya yakni negatif, jika diubah konsteksnya. Dari hasil object Superiority Effect dan Object inferiority effect dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenali suatu objek dapat berbeda jika konteks objek itu diubah. Suatu saat konteks objek dapat membuat objek itu lebih mudah dikenali, dan juga sebaliknya pada saat yang lain dapat terjadi bahwa objek yang sama itu lebih sulit dikenali.
c. Word Superiority Effect, suatu kesatuan unit yang lebih besar atau luas (misalnya sebuah kata) akan dipersepsikan lebi akurat daripada bagian demi bagian (misalnya huruf demi huruf). Ketika seseorang melihat sebuah kata maka ia tidak memproses huruf demi huruf secara terpisah-pisah, melainkan pada semua huruf didalam kata itu secara simultan (Sekuler dan Blake, 1990).
3. Perhatian
Perhatian (attention) adalah proses kosentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental (attention is a concentration of mental activity). Perhatian melibatkan proses seleksi terhadap beberapa objek yang hadir pada saat itu, kemudian pada saat yang bersamaan pula seseorang memilih hanya satu objek, sementara objek yang lain diabaikan. Perhatian dapat dibedakan menjadi 2 jenis antara lain,
a. Perhatian terbagi (divided attention), terjadi pada saat orang dihadapkan pada lebih dari satu sumber pesan atau sumber informasi yang saling berkompetisi, sehingga orang tersebut harus membagi perhatiannya. Contoh pada waktu seseorang mengemudi mobil dijalan raya pusat kota yang lalu lintasnya sangat padat, maka perhatian orang itu akan terbagi kepada berbagai macam objek di dalam waktu yang bersamaan.
b. Perhatian terpilih atau selektif, terjadi pada waktu seserang dihadapkan pada tugas atau lebih secara bersamaan waktunya. Orang tersebut harus memusatkan perhatiannya kepada satu tugas saja dan mengabaikan tugas-tugas yang lainnya.
Menurut feature integration theory, proses perhatian dibedakan menjadi dua macam, yaitu praperhatian dan perhatian terfokus. Proses praperhatian merupakan tahap awal perhatian yang melibatkan aktivitas pencatatan sifat-sifat objek secara otomatis, menggunakan proses pararel terhadap semua medan visual. Sedangkan perhatian terfokus (control processing) merupakan tahap kedua dalam proses perhatian. Perhatian terfokus mencangkup serial atau berurutan di dalam mengidentifikasi objek-objek yang ada pada saat itu.
Pada awalnya teori-teori mengenai perhatian menyatakan bahwa orang-orang hanya sanggup memproses sejumlah informasi yang sangat terbatas pada suatu waktu. Pandangan ini mengacu pada konsep sebuah leher botol namun pandangan ini sekarang mulai mendapat kritikan karena dalam kenyataannya kapasitas manusia bersifat fleksibel sangat terantung pada jenis tugas dan banyaknya latihan yang pernah dilakukan, sebab otak manusia tidak seperti kontainer yang fasif melainkan bersifat aktif dan dapat berkembang. Sedangkan teori filter atau penyaringan beranggapan bahwa di dalam perhatian terjadi proses seleksi atau memilih aspek-aspek tertentu dari stimulus atau informasi. Sebab manusia memiliki keterbatasan kemampuan untuk dapat memproses sejumlah informasi dalam waktu yang bersamaan. Teori-teori penyaringan berasumsi penyaringan atau seleksi informasi terjadi di awal proses perhatian. Menurut anggapan teori ini, seleksi yang terjadi pada perhatian berlangsung pada tahap awal pemrosesan informasi (input), bukan pada tahap ahkir proses yakni pada saat orang akan merespon (output). Proses perhatian berlangsung seperti tombol untuk menghidupkan dan mematikan (on-off switch) lampu listrik atau radio. Switch model ini dapat diterangkan bahwa orang hanya dapat memusatkan perhatian pada satu informasi, sementara informasi lain akan diabaikan pada waktu yang bersamaan. Treisman mengajukan teori seleksi di awal yang lebih luas, didasarkan atas berbagai macam tombol mekanis yang kini berkembang. Ia berpendapat bahwa aktivitas perhatian beroperasi lebih menyerupai suatu alat pengendali yang mengatur besar-kecilnya energi yang melewatinya.
Menurut Attenuator model teori ini diasumsikan bahwa proses perhatian bekerja pada saat respon keluaran (output), bukan diawal proses (input). Semua informasi dianggap dapat membangkitkan representasi ingatan jangka panjang. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua masukan informasi dapat diketahui dan dikenali (direkognisi). Sekalipun begitu, sistem organisme manusia diasumsikan memiliki keterbatasan kemampuan kognitif, sehingga sanggup meng-organisasikan satu respon dari sejumlah masukan indera yang diterima. Oleh sebab itu, orang tidak sanggup memusatkan perhatian kepada semua informasi yang mengaktifkan ingatan jangka panjang, dan harus memilih beberapa bagian saja sehingga orang tersebut dapat membuat respon.
Demikian pula Teori Kapasitas (Capacity Theory) ingin mencoba mendekati isu tersebut dengan berasumsi bahwa sumber-sumber kapasitas kognitif terbatas. Seseorang memiliki jumlah kapasitas kognitif tertentu yang dapat digunakan melakukan berbagai tugas atau pekerjaan yang sedang dihadapi. Tugas-tugas yang berbeda menuntut penyediaan jumlah kapasitas kognitif yang berbeda pula. Jumlah aktivitas yang dapat dilakukan secara bersamaan akan ditentukan oleh besar-kecilnya kapasitas yang dibutuhkan oleh masing-masing aktivitas. Jika tugas tunggal menuntut kosentrasi penuh, maka tidak ada lagi kapasitas yang tersisa bagi tugas tambahan. Berdasarkan asumsi tersebut, perhatian merupakan proses penyediaan atau alokasi sumber-sumber kapasitas kognitif terhadap masukan stimulus atau informasi.
Sejumlah tugas atau pekerjaan ada yang menyita sumber kapasitas kognitif yang banyak, sehingga sulit bagi sesorang melakukan aktivitas lain secara bersamaan waktunya ataupun sebaliknya. Otomasitas menunujuk pada berkurangnya tuntutan suatu tugas atau pekerjaan terhadap penggunaan kapasitas pokok. Hal ini merupakan perkembangan yang penting, sebab pekerjaan pekerjaan yang dilakukan secara otomatis akan menyisakan sumber-sumber energi yang dapat dipakai untuk melakukan tugas-tugas yang lain. Proses otomatisitas merupakan kebalikan dari proses terkendali. Pemrosesan otomatis dapat digunakan pada tugas-tugas melibatkan objek-objek yang sudah sering diknal atau akrap. Pemrosesan terkendali diguaakan untuk tugas-tugas yang baru atau belum dikenal.Pemrosesan otomatis bersifat pararel seseorang dapat menangani dua objek atau lebih secara sekaligus.Pemmrosesan terkendali bersifat serial (urut) sehingga ada satu objek yang ditangani pada suatu waktu.


Kesadaran (Consciousness)
Kesadaran adalah istilah yang sangat berhubungan dengan perhatian, tetapi kesadaran tidak identik dengan perhatian. Kesadaran dibedakan menjadi dua antara lain
a. Kesadaran pasif, kesadaran seseorang tentang lingkungan pada waktu ia melamun, menikmati keindahan sebuah karya seni, mendengarkan musik.
b. Kesadaran aktif, melibatkan kebutuhan seseorang untuk merencanakan, membuat keputusan, dan melaksanakan keputusan tersebut.
4. Fenomena dalam persepsi
a. Persepsi bawah sadar (sublimical perception)
Persepsi terhadap suatu objek dapat terjadi tanpa disengaja atau disadari oleh seseorang. Biasanya persepsi tersebut tertuju pada objek, gambar atau kata-kata yang ditampilkan didalam waktu yang relatif singkat atau sedikit dalam rangkaian suatu peristiwa. Persepsi subliminal terjadi apabila stimulus yang tampaknya tidak diperhatikan atau tanpa disadari keberadaanya oleh seseorang namun secara diam-diam stimulus itu mempengaruhi perilaku orang yang bersangkutan dikemudian hari.
b. Ilusi atau kesalahan persepsi (error of perception)
Kesalahan persepsi biasanya disebut ilusi (illusion) terjadi ketika seseorang mempersepsi suatu obje secara tepat atau tidak sesuai dengan keadaan semestinya (realitas objektif).
c. Menghindar persepsi (perceptual defence)
Fenomena menghindar atau menolak agar tidak terjadi suatu persepsi terhadap stimulus yang dihadirkan pada seseorang, Seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya stimulus yang bermuatan emosi cenderung kurang siap untuk dipersepsikan daripada stimulus yang netral (Eysenck, 1984) contoh apabila kepada seseorang diucapkan kata tabu, cabul atau dapat membangkitkan kenangan masa lalu yang traumatis, maka ia cenderung akan menghindari untuk mempersepsi kata-kata itu. Biasanya dilakukan seseorang dengan menutup telinganya, memalingkan muka atau mengalihkan perhatiannya kepada pembicaraan yang lain untuk menghindari terjadinya persepsi terhadap ucapan-ucapan itu. Situasi ini mengakibatkan stimulus itu tidak berada dalam kesadaran penuh yang siap dipersepsikan oleh seseorang melainkan diambang kesadaran (threshold)
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi presepsi
Hasil suatu presepsi atau interprestasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom up) dengan pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down). Berkaitan dengan pemikiran tersebut maka ada dua informasi yang dapat digunakan untuk mempersepsik dunia luar secara tepat yaitu pertama informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu dan kedua yaitu pengetahuan serta pengalaman yang relevan dimiliki dan telah tersimpan didalam ingatan seseorang.
Berapa prinsip lain yang dapat ditambahkan berkaitan dengan persepsi antara lain yaitu
a. Familiaritas, objek-objek yang sudah dikenal akrab akan lebih mudah dipersepsi daripada objek-objek yang baru atau yang masih asing.
b. Ukuran, objek-objek yang ditampilkan dengan ukuran besar akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali daripada yang ukuran kecil.
c. Intensitas, objek-objek yang memiliki warna tajam atau mencolok akan lebih mudah dikenali daripada objek-objek yang memiliki warna tipis atau kurang tajam.
d. Gerak, objek-objek yang bergerak cenderung lebih mudah dipersepsi daripada objek-objek yang diam atau pasif.
Sesuatu objek akan dipersepsi secara berbeda apabila konteks objek itu berubah. Misalnya seseorang akan tampak lebih tua ketika berkumpul dengan orang-orang yang masih muda begitu pula sebaliknya.
Berkaitan dengan fenomena persepsi dapat dibedakan menjadi dua realitas penting antara lain
a. Realitas objektif, adalah fenomena yang bersifat fisik atau geografis.realitas ini dapat juga disebut realitas fisik. Fenomenanya menggunakan ukuran-ukuran yang akurat dan cenderung tidak berubah sepanjang waktu.
b. Realitas subjektif merupakan fenomena psiologis atau disebut realitas psikologi. Kebanyakan persepsi dan kehidupan psikologis pada umumnya menggambarkan realitas subjektif, sehingga hasil persepsi terhadap objek yang sama dapat berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat tergantung pada konteks pengetahuan atau pengalaman masing-masing orang.

Memperkaya Kurikulum

Orang yang bertindak atau melakukan sesuatu pasti mengalami kegagalan, tetapi kegagalan lebih dekat dengan orang yang tidak berbuat sesuatu.(G.K Chesterton). Mereka bisa karena mereka berfikir bahwa mereka bisa.( Virgil). Ada banyak variasi tentang bentuk “pengayaan”, karena orang yang mempunyai banyak hal ini diakui oleh Ogilvie(1973). Ketika dia menyatakan bahwa “ pengayaan” mempunyai arti yang berbeda pada tiap orang. Ditinjau dari kamus: bentuk perebahan dalam kualitas kerja lebih tinggi daripada keadaannormal pada suatu kelompok. Materi pengayaan lebih meningkatkan pemikiran yang lebih tinggi(Des, 1986). Ada pengajar matematika yang mencari variasi diantara 2 siswa mengenai tingkat belajar berdasarkan umur, siswa tersebut mengikuti kursus matematika dan mencocokan kurikulum sementara “pengecualian/ kurikulum khusus” harus menyediakan kemampuan untuk meningkatkan kemampuan matematika dan pemahaman. Pemikiran positif tentang matematika dan percaya diri( Cockcroft, 1982) Laporan dari berbagai sumber menyatakan bukti kemampuan anak-anak dalam melakukan apa yang di perintahkan. Berikut ini ilustrasinya: Dalam banyak kasus dimana pekerjaan atau tugas yang disesuaikan untuk kemampuan anak-anak, benar-benar mempengaruhi. Jarang sekali siswa mampu melakukan perentah jika itu terlalu sulit untuk dikerjakan. Di kasus yang lain, dugaan gur bahwa siswa harus menangkap ilmu dan memahami pada masing-masing kesulitan yang dialami siswa, guru kadang memberikan kemampuan tingkat menengah sehingga banyak siswa yang tertekan dan sedikit memahami ( Des, 1985 b). Di bawah ini adalah pendapat tentang sekolah menengah. Ada bukti tentang penelitian tentang kemampuan siswa yang membutuhkan banyak kesempatan dan dorongan untuk meningkatkan inisiatif mereka ( Des, 1985 b.ch.6) Definisi yang diterima menurut Oxford Research Project (1985), menyatakan bahwa Pengayaan adalah: 1. Memperluas dan memperdalam pengalaman mengajar 2. Menyediakan pengalaman dan aktivitas melebihi kurikulum biasa 3. Membangun intelektual dan kemampuan lebih 4. Peneknan yang berguna untuk meningkatlkan kemampuan dan dorongan berfikir secara fakta 5. Penekanan terhadap proses belajardaripada materinya 6. Bisa secara horizontal, mengembangkan pengetahuan melebihi kurikulum inti selokah 7. Bisa secara vertical, mengembangkan kemampuan berfikir secara kuantitatif 8. Biasanya atau secara umumnya anak-anak sedikat melakukan dan belajar banyak, contohnya biasanya siswa diperintahkan untuk mencari tiga solusi untuk memecahkan masalah daripada memecahkan tiga permasalahan secara alami. KURIKULUM UNTUK DIBERIKAN DAN DIKUASAI Semua aktivitas pengayaan harus di susun dan direncanakan dengan mengikuti pemikiran objektif (Davis dan Rimm, 1989) • Penguasaan kemampuan dasar secara maksimal • Berisi melebihi kurikulum nasional • Menunjukkan variasi dari berbagai bahan belajar • Siswa- materi terseleksi • Isi yang rumit atau materi yang susah • Pemikiran yang kreatif dan pemecahan masalah • Peningkatan kemampuan berfikir • Peningkatan perhatian atau lebih perhatian • Motivasi Terlihat logis antara pengayaan dan suatu perbedaan yang bekerja bersama-sama, karena konsap pengayaan memimpin secara langsung untuk membedakan pekerjaan. Kabanyakan dari para guru mengukur suatu pengayaan berdasarkan lembar kerja, bacaan dan kemampuan membaca anak. Proses pengayaan lebih merupakan materi yang sederhana. Pengayaan adalah fungsi fleksibilitas guru, kepekaan dan kebutuhan untuk mandalami suatu palajaran.. Perencanaan interaksi dengan siswa merupakan bagian dari program pengayaan dan guru harus secara langsung menjelaskan pada para siswa melalui dialog dan ketika memasukkan materi baru yang sesuai. Pada paragraf diatas,pengayaan dan perhatian dari siswa sangat penting. Ada beberapa ketidakcocokan antara tugas yang diberikan kepada siswa dan kemampuan yang mereka miiki. Guru harus mempunyai catatan mengenai siswanya sehingga ketertarikan dan antusias siswa tidak hilang. Butler-por (1987), dalam bukunya, menyatakan dalam bentuk puisi, yang menyatakan kesedihan guru. Tiga minggu kemudian Dia menuliskan kebuku hariannya. Berikut adalah rasa ingin tahu secara alami yang memerlukan penyelidikan dan pengertian, yaitu keinginana yang tinggi, kekuatan motivasi untuk belajar pada anak. Pengalaman di rumah akan terbawah di sekolah,tetapi guru berhasil membunuh rasa ingin tahu anak. Ada harapan di masa yang akan datang bahwa guru akan mengembangkan antusias dan ketertarikan. Kamus Collins (1986) menjelaskan pengertian pengayaan” meningkatkan kelebihan, kualitas, pengalaman dan membuat lebih produktif” bisa dikatakan pengayaan adalah inti pembelajaran anak. Eyre dan Marjoram (1990) menyatakan: Pengayaan adalah proses dimana sekolah menjadi lebih hidup dan menarik dan mempelajari organ, pertumbuhan tanpa henti, mengatasi masalah, percobaan terhadap hal-hal baru,proses dan ide. Filosafi ini merupakan pernyataan dari semua pengalaman guru untuk menyesuaikan apa yang mereka sediakan terhadap siswanya. Berikut ini adalah beberapa pernyataan guru terhadap dirinya sendiri: 1. Macam pekerjaan apa saja yang di berikan kepada anak secara individu dan kelompok? 2. Apakah lembar kerja kita meliputi kemamapuan berfikir atau sekedar cepat menyelesaikan pekerjaan? 3. Teknik apa saja yang digunakan dalam menyusun pererjaan atau tugas? Apakah kita sudah menyusun teknik secara berbeda? Apakah tugas mempunyai nilai tantangan baru? Atau hanya sekedar sama? 4. Metode apa yang digunakan untuk meningkatkan tantangan bagi anak? 5. Berapa kali kita menyarahkan penggunakan kosa kata atau konsep yang lebih baik? 6. Apakah telah ditingkatkan bagaimana meningkatkan potensi? Semua guru mengeluh rendahnya sumber daya, hal itu yang penting, sumber daya yang mahal dari sekolah merupakan tolak ukur perkembangan dan harus ditingkatkan tiap tahunnya. 7. Apakah kita mempromisikan kebijakan tentang pekerjaan rumah? Ini penting? PR adalah contoh terbaik dari kurikulum pribadi yang tersedia, harus ada standar untuk mengukur PR secara berbeda, tetapi apakah kita perlu berhati-hati dalam membadakan? Hal ini adalah waktu dan pertanyaan yang menantang. Guru harus menanyakan kepada dirinya dan kepada orang lain apakah dia benar-benar profesional. Pertanyaan dasar berasal dari setiap guru. Apa yang telah kita lakukan hari ini? Apa yang telah aku pelajari hari ini? Bagaimana anak-anak dan aku menghabiskan waktu? Berapa banyak pertanyaan yang ditanyakan anak-anak hari ini? Kamus Collins memberilkan definisi seperti “digambar” atau “menggambar”. Ini menyatakan bahwa anak-anak mengikuti kurikulum dengan bagian dan proses yang berbeda untuk meningkatkan kemampuan terhadap pekerjaan yang sulit. Pengayaan berarti menenbus cakrawala dan pengalaman bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan, konsep dan perbuatan. Kurikulum nasional mendorong untuk kurikulum anak harus bertahan, seimbang dan sesuai. Kurikulum nasional merupakan dasar terhadap tambahan pelajaran, kemampuan dan aktivitas ekstrakurikuler. Pengembangan-pengembangan ini sangat perlu. Seperti teknologi yang membawa guru dan murud mengembangkan ide-idenya. Siswa sekolah dasar akan mempunyai kesempatan untuk selama 1-2 hari untuk focus dalam mendesain teknologi. Dimana sekolah menengah lebih mengembangkannya lagi. Asosiasi nasional untuk pendidikan pengembangan anak telah menyatakan jumlah alat pembelajaran yang akan diberikan kepada anak untuk dikerjakan sendIri dan juga guru pendamping. Materi ini menyediakan untuk memperkaya materi kurikulum nasional yang sesuai untuk anak yang memungkinkan bagi anak untuk menguasai lebih cepat dari yang diduga. Dimana siswa bekerja, pengawasan harus diutamakan untuk siswa yang tingkat kedewasaannya lebih , di sisi lain, kurikulum berisikan hal yang tidak sesuai. Dalam pengambilan keputusan yang diambil siswa kemungkinan sulit sulit untuk pelajaran yang tingkatnya lebih tinggi. Seperti matematika contohnya, pelajaran yang relative sulit, tetapi tetap di berikan untuk meningkatkan kemampuan siswa. Dewan kurikulum nasional menyatakan pandangan mengenai kebutuhan pendidikan khusus untuk siswa secara praktis. Seperti dalam program pengayaan suatu peningkatan dibidang dari kesesuaian, penggabungan dan penguasaan bidang studi. Program pengayaan merupakan suatu keuntungan. Intinya untuk meningkatkan ketertarikan dan tantangan bagi siswa untuk siswa mengisi waktu yang tersedia. PERBEDAAN DAN KEMAMPUAN Perbedaan berasal dari kata yang biasa kita dengar, konsepnya adalah sederhana tetapi tidak seperti mempelajari trik baru untuk mendapatkan jawaban yang benar. Seperti kata kreativitas dan pengayaan. Tiap orang mengasumsikan arti ynag berbeda pula. Sekolah dan kuliah menarakan kemampuan untuk menjalani kurikulum yang disediakan, meskipun tipa siswa mempunyai perbedaan dalam keertarikan dan kemampuan, untuk mempelajari kemampuan dasar,siswa harus mempunyai kesempatan untuk belajaryang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Proses bahwa seseorang dalam membutuhkan dan menjawab atau merespon pengalaman belajar inilah yang disebut dengan Differentation. Guru kita mengajari 2 cara yang dapat membedakan aktivitas belajar, yang pertama biasanya disebut pembeda kemampuan dengan tugas atau latihan, setelah ditertipkan kurikulum untuk kelas aktif berikutnya meningkatkan latihan untuk siswa dalam penyesuaan materi-materi. Berikut ini adalah beberapa factor yang mempengaryhi keselitan dalam latihan atau tugas:  Ketrpatan dalam perhitungan atau pengukuran  Seberapakah pengetahuan siswa terhadap materi dan lata yang digunakan  Seberapakah pengetahuan siswa tentang konsep dan kosa kata yang ada serta penelitian  Peran serta guru dan kerjasama siswa  Jumlah dan jenis penelitian. Kedua, yaitu pembedaan kemampuan dari hasil. Hal ini diketahui setelah diberikan tugas dalam kelas. Tugas disusun agar siswa mampu mengerti apa yang akan dilakukan. Mereka menggunakanpengetahuan dan pengertian untuk memahami tugas. kemampuan harus dibedakan:  Rencana dan pemecahan masalah dalam mengerjakan  Tingkat kesulitan yang ada dalam tugas tersebut  Menggunkan perhitungan atau pengukuran yang tepat  Melengkapi seluruh penelitian atau observasi  Hasil yang tepat  Menemukan istilah yang baru. Dorongan merupakan cara pengayaan yang efektif dan kreatif sehingga pembeda kemampuan bisa terlaksana. Gaya pengajaran efektif yang mendorong pembeda kemampuan.  Humor  Doa  Sikap positif dan percaya diri  Menangapi pendapat siswa  Organisasi yang trangsparan  Perinyah yang jelas  Tersedianya sumberdaya  Guru member waktu untuk siswa agar dapat memperbaiki.  Guru membantu mengecek proses  Guru membantu memeriksa kesalahan  Guru membantu bekerja cepat  Guru memperhatikan siswa  Guru mendapat kesempatan untuk menciptakan “komunitas belajar” dikelas  Guru mengatur tugas yang tersedia  Guru mengajak siswa untuk menjelaskan, merencankan, menentukan hasil, memberikan kesempatan siswa untuk bekerja sendiridan menangani sitiap kesulitan  Guru merencanakan secara teliti  Guru memberi contah pendek atau pengenalan  Guru mengatus variasi dan waktu kerja  Guru merencanakan dukungan terhadap siswa  Guru menyediakan laporan terbaru dan mengidentifikasi siswa mana yang mempunyai kelebihan dan melanjutkan langkah berikutnya. Lingkungan pengajaran yang mengakibatkan pembeda kemampuan terjadi.  Ditingkatkan dari rencana kerja, dimana masukan dari tim sangat diperlukan  Pendekatan pengajaran yang integral  Variasi mengajar dan gaya mengajar  Siswa diikut sertakan dalam rencana kerja  Langkah aktif untuk menyusun dan merencanakan situasi yang baik dalam belajar  Guru aktif melihat kesempatan untuk memahami siswa  Tugas dihubungkan dengan tujuan kerja  Menciptakan suasana nyaman, humor, berdoa, pikiran positif dan gembira  Penyediaan media pembelajaran (cetak, gambar, video) untuk menciptakan kelas yang kreatif dan tanggapan dari siswa. Pengunaan kosa kata Secara obyektif khusus mempelajari pohon a. Membandingkan perbedaan antara susunan akar dan batang b. Meneliti bagaimana pohon sesuai dengan organism lain seperti burung atau serangga c. Mengidentifikasi dan membuat koleksi dedaunan d. Menguasai metode pengukuran tinggi pohon e. Membandingkan bentuk dan ukuran pohon f. Jenis pohon tertentu dan ukuran pohon g. Jenis pohon tertentu dan kegunaan kayunya h. Membuat histogram dari penemuan jenis pohon i. Menggunakan identifikasi sederhana mengenai daun, ranting, musim hujan j. Membangdingkan tanaman yang tumbyh dibawah pohon dan yangb tumbuh diarea terbuka. Untuk menyatakan pengayaan, perhatian dan pembeda kemampuan kurikilum dikelas. Kita harus mengingat bahwa siswa lain belajar dengan cara yang berbeda pula. Kita ingat bahwa berbagi dengan seluruh kelas merupakan hal yang lebih efektif. Dalam sebuah artikel yang menarik ”apakah mengajar itu?” Poul Hirst (1971) menggambarkan pentingnya konsep mengajar. Hampir semua aktivitas bisa dilakukan pada saat mengajar, seperti jika guru mendemonstrasikan cara dasar seperti menajamkan pensil kemudian penampilan tersebutdi lengkapi dengan penjelasan seperti “inilah cara melakukannya atau jika kamu memegang pensil seperti ini, kamu akan lebih mudah” inilah merupakan aaksi guru dengan penjelasan yang menyatakan bagaimana cara belajar. Ada dua kondisi yang harus dilakukandalamaktivitas mengajar di kelas. Pertama, siswa harus mengajar, guru mendampingi siswa dalam belajar. Kedua, guru tidak bisa benar-benar mengajar jika dia tidak menguasai tujuan proses mengajar. Untuk mendapatkan hasil yang efektif dalam gaya mengajar untuk membedakan kemampuan, biasanya diberikan soal pernyataan dibawah ini, dimana guru akan mencocokan bagaimana siswa belajar.